PILAR MERDEKA – Mengulas pariwisata Danau Toba dari sisi manapun seolah takkan pernah ada habisnya. Apakah dari budayanya, keindahan alamnya. Yang mana secara geografisnya Danau Toba ada 8 kabupaten di kawasan Danau Toba.
Dalam hal ini banyak sisi yang menjadi kawasan wisatanya, seperti dari sisi keindahan alamnya, kemudian dari sisi mitos dan wisata spritual yang sakral, sehingga disini pentingnya para pelaku pariwisata dapat menjadi story telling kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
Akan masih ada dan banyak sekali kisah dan cerita dibalik keindahan alam Danau Toba, sekeping Surga yang jatuh ke Bumi untuk layak dipromosikan dengan cerita-cerita kearifan lokal.
Ulasan kali ini berkenaan dari sebuah kawasan yang bernama Sianjur Mula-Mula, sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Sebuah tempat yang menurut kepercayaan Suku Batak, lokasi ini menjadi tempat cikal bakal dan leluhurnya Suku Batak dan di kawasan ini pertama sekali adanya sebuah peradaban dalam bentuk sebuah perkampungan atau desa.
Di Kecamatan Sianjur Mula-Mula ini ada sebuah gunung yang bernama Pusuk Buhit, lewat para pegiat media sosial sejenis YouTube, Tik Tok, Instagram dan lain-lain masyarakat luas diperkenalkan dengan kawasan itu.
Ada begitu banyak situs atau sejenis monumen sebagai tanda bagi peziarah spritual. Berikutnya ada Batu Cawan dengan airnya yang berasa Air Perasan jeruk Purut (Cytrus Hystric DC), Batu Hobon dan lainnya.
Di media sosial sering kita tonton berbagai keajaiban dengan adanya fenomena-fenomena penampakan dan testimoni dari orang-orang yang mengalami penampakan ghaib. Tentu ini menjadi hal yang kontroversial bagi orang lain dari sisi pribadi.
Tapi dasar berpijak pertama adalah : bahwa manusia itu hidup berdampingan dengan mahluk lain sebelum manusia itu sendiri diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, seperti tertulis dalam Kitab Suci Al Qur’an surat Az Zariyat ayat 56. “Dan Aku tidak akan menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”
Fenomena Mistis dan Mitos di Danau Toba Penghuni Danau Toba
Kisah-kisah yang dimunculkan para penuturnya tidaklah harus menjadi suatu perdebatan. Karena bersifat alam astral atau ghaib dimana ini menjadi wewenang dari Sang Maha Mengetahui.
Semua ini dimaksudkan agar kita selalu menghargai kearifan lokal dimanapun kita berada. Kita tidak akan mampu menghadirkan “penampakan” sesuai dengan keinginan hati. Tetapi saat tidak ingin seringkali ia muncul dengan sendirinya. Kehadirannya menunjukkan bahwa ada sebuah dimensi lain yang tak kasat mata ada di sekeliling kita.
Saat itu selepas Shalat Maghrib, coba-coba memotret pakai kamera digital disepanjang bibir pantai kawasan Danau Toba, tidak berselfie ria, tidak ada harapan ingin melihat alam lain, alami dan normal.
Dari sekian banyak foto yang dijepret dalam kondisi temaram dan remang karena hari gelap ada satu foto yang menyerupai kabut atau asap tipis seperti asap rokok berbentuk ular Naga lengkap dengan tanduk dan kumis panjang (Sungut = Jawa) mirip Ikan Lele.
Padahal kondisi saat itu tidak ada yang merokok atau saat berkabut. Sungguh disayangkan kamera tersebut rusak sehingga tidak dapat dipublikasikan sebagai alat bukti otentik. Selain itu sampai saat ini juga tak ada seorangpun yang pernah bisa untuk membuktikan kebenaran ular naga tersebut
Saat ditanyakan kepada seorang ahli Supranatural beliau menyatakan bahwa di dalam Danau Toba itu ia melihat penampakan sebuah kota namun tidak seperti Kota Saranjana (kota ghaib di Provinsi Kalimantan Timur) yang katanya modern yang pernah dilihat oleh sebagian orang.
Kota di dalam air Danau Toba itu terlihat seperti kota kuno dengan bangunan kuno. Kemudian melintas hadir seekor ular besar berwarna putih dengan sisik tebal dan besar-besar seperti terbuat dari semen gypsum tapi berlumut. Ya….Ular besar itu bertanduk, bermahkota, berjengger seperti ayam dan mempunyai kumis panjang.
Dari penuturan yang beliau sampaikan kepada awak media ini, beliau punya leluhur dari Pusuk Buhit yang bernama Raja Uti atau dikenal dengan nama Raja Biakbiak dan Siborubiding, anak pertama dari Guru Tatea Bulan yang terlahir kaki dan tangannya tidak sempurna. Hingga para saudara- saudaranya merasa malu dan tidak mau berteman.
Singkat cerita, ia memohon kepada Yang Maha Memberi Hidup Pencipta Alam Semesta agar menyempurnakan dirinya sebagaimana layaknya seorang manusia. Maka Tuhan mengabulkan doanya. Dari sini kita diajarkan untuk menghilangkan dendam meski kita disakiti dan teruslah mendekat kepada Tuhan Yang Maha Baik niscaya Tuhan kasih dan sayang kepada kita.
Ditambahkan oleh beliau, “kawasan danau dengan kawasan Pusuk Buhit sudah berbeda penguasanya namun tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya,”.
“Kalau di danau Ular Naganya berwarna putih, tapi kalau di laut (Pantai Selatan Jawa-red) Ular Naganya berwarna kuning keemasan itulah Punggawanya Kanjeng Roro Kidul penguasa Laut Selatan, karena Raja Uti sama Kanjeng Ratu Kidul masih ada hubungannya,” tuturnya.
Keberadaan penguasa ghaib kawasan Danau Toba menjadi kisah menarik disatu sisi yang akan menambah khasanah cerita kekayaan alam Danau Toba. Walaupun sampai saat ini tak ada seorangpun yang pernah bisa untuk membuktikan kebenaran ular naga tersebut
Ayo kita luangkan waktu untuk jelajahi setiap sudut keindahan Danau Toba dan temukan sensasinya yang tentu saja sulit diungkap lewat kata-kata betapa indahnya ciptaan Sang Maha Pencipta. (Budi Sudarman)