Oleh : Said Achmad Kabiru Rafiie
Indonesia merdeka bukan pemberian suatu negara manapun, tapi atas jerih payah rakyat dan tumpah darah para pejuang. Kala itu perjuangan masih bersifat kedaerahan. Organisasi kaum terpelajar Boedi Oetomo merupakam embrio lahir dan bangkitnya semangat nasionalisme di nusantara, tepatnya 20 Mei 1908, digagas oleh dr. Soetomo dan kawan-kawan. Berawal dari itu, 20 Mei dijadikan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
Setiap negara dibentuk tentulah memiliki cita-cita luhur demi rakyat, menjamin kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan beragam ideologi yang melandasi masing-masing negara. Boleh dibilang, Indonesia terbentuk dilandasi dengan pondasi semangat gotong royong. Pondasi itu tercermin atas tercetusnya kebangkitan nasional yang berawal dari perjuangan besifat kedaerahan, perlahan tapi pasti menggema menjadi perjuangan bersama dan menyeluruh ke pelosok nusantara hingga terbentulah Indonesia.
Dewasa ini, Bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan yang membutuhkan solusi dan tindakan nyata dari generasi muda sebagai tunas bangsa atau kaum milenial. Generasi muda dituntut hadir di tengah masyarakat agar turut menawarkan dan memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang sedang menimpa masyarakat itu sendiri.
Diantaranya masalah ketahanan pangan, pencegahan stunting, pengurangan kemiskinan, menekan angka pengangguran dan ikut berpatisipasi dalam mewujudkan dunia yang lebih baik melalui implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu tujuan global untuk menjamin pembangunan ekonomi, ekologi dan manusia secara global.
Kaum terpelajar pada masa lalu hadir dengan membawa impian Indonesia merdeka dari penjajahan dan membentuk serikat yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia.
Apa yang menjadi tanggung jawab para intelektual muda Indonesia hari ini? Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, tentunya peran Generasi Muda Indonesia tidak hanya sekedar menjadi penonton namun harus menjadi aktor yang berperan dalam usaha tersebut. Berikut ini beberapa tugas intelektual muda dalam mengisi hari kebangkitan nasional.
1. Generasi muda menjadi penggerak dan pembawa perubahan. Harus berani melakukan sesuatu diluar kebiasaan dalam membawa masyarakat menjadi lebih baik. Melepaskan semua jubah intelektualnya, jangan gengsi, turun serta bersama masyarakat, hidup dalam tarikan nafas rakyat serta ikut serta menjawab persoalan masyarakat yang terjadi di lingkungannya.
Presiden Soekarno menyebut,”pemimpin itu lahir dari tengah-tengah masyarakat bukan dari menara gading atau dari kantor dengan gedung ber-AC,”.
Oleh karena itu, salah besar apabila para intelektual muda bergaul dan membangun komunikasi hanya dengan sesama para elit atau mereka yang berasal dari kaum intelektual. Keberhasilan kaum muda dalam bertindak dan berbuat nyata bagi masyarakat seperti hal simpel mengajak masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan atau mengajak masyarakat untuk produktif.
2. Generasi muda harus memiliki karakter dalam lakon kehidupan seperti dalam kisah cerita masa lalu, para pemimpin kita memiliki karakter dan laku spiritual yang kuat hal ini menjadi cermin budaya kita. Artinya walaupun kita hidup di era modern namun laku batin dan spiritual tidak bisa kita tinggalkan.
3. Mencari idola dalam hidup yang membawa kita untuk bangkit dan berbuat hal yang positif. Bagi saya pribadi saya mengangumi kakek buyut saya yaitu Habib Muda Seunangan yang merupakan seorang masyarakat biasa yang tidak menamatkan Sekolah Dasar namun selama hidupnya beliau dedikasikan untuk menjamin tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saya membaca Riwayat hidupnya Habib Muda Seunangan yang merupakan ulama dan juga tokoh pembaharu dengan memperkenalkan sistem pertanian dan membangun irigasi secara gotong royong di Desa Peulekung dan sekitarnya. Darinya, saya mendapatkan banyak nilai-nilai mulia dan juga belajar untuk berbuat sesuatu yang saya yakini bermanfaat.
Habib Muda Seunangan juga aktif dalam mempertahankan kemerdekaan saat agresi militer Belanda ikut mengirimkan laskar ke medan area untuk mencegah Belanda menjajah Indonesia lagi. Kesetiaan dan keikhlasan beliau dalam membela tanah air tidak saya ragukan lagi selama hidupnya dan menjadi inspirasi bagi saya.
Ketika negara memangilnya Habib Muda Seunangan seorang anak desa yang tidak mengeyam pendidikan formal setia dan siap menjadi bagian dari upaya untuk mempertahankan NKRI. Tidak ada balasan apapun yang beliau harapkan. Di tahun 1999 Pemerintah Presiden Bj. Habibie memberikan Bintang Jasa Utama atas kontribusinya dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional ini, saya berharap dapat mewarisi DNA pengabdian dan ideologi kebangsaan yang telah ditunjukan oleh kakek buyut saya Habib Muda Seunangan, aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan sehingga kehadiran kita menjadi solusi dan rahmatan lil alamin dalam mewujudkan Aceh yang aman, damai dan makmur.
Penulis adalah Dosen Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh & Director Center For Aceh and Social Studies.