PILAR MERDEKA – Terlihat sepasang suami isteri asyik bermain handphone di kursi panjang di warung pecal lele, kala itu di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, walaupun berdua duduk berdekatan tapi tidak ada sepata kata pun keluar terdengar dari mulut mereka berdua. “Hmmm..langsung terlintas teringat dalam benak ini, dengan istilah kata Phubbing atau Phone-Snubbing.
Mungkin asing bagi kita istilah phubbing ini namun sebenarnya kerap dijumpai dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.
Yang dikatakan phubbing itu dimana prilaku seseorang yang mengabaikan kehadiran orang lain ketika berbicara atau berkomunikasi langsung, karena terlalu asyik atau fokus dengan ponselnya, tentu kebiasaan ini sering dianggap sikap tidak sopan. Begitulah hidup di era digital saat ini, asyikk sendiri, walaupun saling berdekatan tapi tampak jauh karena tidak saling berkomunikasi.
Nah, kembalii ke cerita sepasang suami isteri yang asyik dengan ponselnya di warung pecel lele tadi.
Satu persatu silih berganti pembeli di warung pecel lele itu ada yang datang, ada yang pulang sambil membawa pesanannya. Tetapi pasangan suami isteri ini tetap tidak terusik, dan tetap diam hening. Bahkan mungkin ada yang pingsan pun di sekitarnya bakal tidak peduli. Entah mengapa sepasang suami istri ini menjadi objek amatan saya? Mungkin karena jarak duduk di antara kami tidak begitu jauh dan sama-sama sedang antri menunggu pesanan.
Tidak lama kemudian, oleh si ibu pemilik pecal lele pesanan sepasang suami isteri kembali diulang agar tidak ada kesalahan, karena memang pembeli di warung pecal lele Ibu itu lumayan ramai.
Lalu si Ibu berkata, “Mas, Mbak..Ayam dan lelenya digoreng kering?”
Walaupun jaraknya dekat, sekitar setengah meter sepasang suami istri tersebut tidak mendengar atau mengabaikan kata-kata dari ibu itu karena fokus ke handphone masing-masing. Kemudian diulang, dan ketiga kali baru didengar, “Iya Bu, lele dan ayam gorengnya digoreng kering,” ujar si isteri sambil melanjutkan perhatiannya ke handphone.
Si Ibu senyum melihat tingkah laku ke dua suami isteri tersebut, lalu pesanannya dikerjakan. Tidak lama beberapa menit kemudian pesanan siap, langsung dibungkus. Dan si ibu berkata kembali, “Mas, pesanannya sudah siap ini..!!” itu pun tidak didengar. Kembali diulangi si ibu, “Mbak, pesanannya sudah siap ini,” tetap tidak didengar juga.
Akhirnya karena mereka berdua lebih dekat dengan saya, lalu saya ikut ambil andil untuk memanggil. “Bangggg dengan nada agak kuat, itu dipanggil si ibu, pesannya sudah siap..!!
Langsung Ia menjawab, “iya..iya,”
Setelah dibayar mereka pergi. Lalu si Ibu ngomong ke saya, “Kenapa bisa mendadak ‘pekak’ (tuli) telinga nya ya, sepasang suami isteri itu, padahal tadi saat datang memesan, tidak?” kata si ibu sambil senyum dan tertawa.
Kemudian saya mengatakan ke Ibu pemilik warung, “Begitulah kehidupan di era digital sekarang Bu, bisa mendadak pekak kita lihat orang padahal tidak, itu karena prilaku phubbing yang asyik dengan handphone nya masing-masing, sehingga orang-orang yang sedang berbicara di sekitarnya diabaikan padahal jarak cukup dekat, jadi seakan jauh,”.
Seperti itulah fenomena kehidupan saat ini, di era digital, prilaku phubbing ini mengganggu kemampuan seseorang untuk benar-benar hadir dan terlibat dengan orang-orang di sekitarnya yang sedang berinteraksi. Mungkin kita hadir secara fisik di hadapan orang lain namun dengan perhatian yang sepenuhnya justru teralihkan. Akankah jika kita saat janjian hang out untuk berkumpul bersama teman-teman atau keluarga mampukah tidak berprilaku phubbing?. (Monang Sitohang)