MEDAN, PILAR MERDEKA – Ikatan keluarga sejati bukan hanya tentang satu darah yang sama, melainkan rasa hormat dan kasih sayang yang tulus jika diberikan kepada seseorang justru dapat menciptakan rasa kekeluargaan yang sangat erat. Seperti halnya yang dialami Vicarius Polpuli Manurung, ayah 4 orang anak dari pasangannya Dra. Meriana Natalia br Siagian.
Ia mengisahkan kepada awak media ini, Sabtu (11/112023) di Pajak (Pasar) Simpang Limun, di Jl. Sisingamangaraja, Kota Medan, bahwa dirinya memiliki Namboru (bou) angkat yang bernama Hj. Ahsyaniah Ehsan (Almh) binti GulRANG Shah atau biasa disebut Hajjah Ehsan, ini Ibunda dari Muhammad Amel Siregar salah seorang caleg DPRD Kota Medan, dari dapil 4.
Kalau dalam kekerabatan Batak Namboru itu sebutan kepada saudara perempuan dari orang tua kita laki-laki. “Kedatangan Amel Siregar pagi ini ingin silaturahmi melihat saya abangnya, dan sekaligus minta nasehat serta masukkan terkait pencalonannya di DPRD Kota Medan, kemudian mengingatkan kepada Almh. Bou yang selama ini sudah berbuat baik kepada saya dan keluarga,” ujar Vicarius Manurung, sebagai Wakil Ketua HBH (Horas Bangso Batak).di Sumatera Utara.
Penyerahan Ulos
“Saya kenal almh. bou pada saat mengukur tanah milik bou. Ada tiga anak angkatnya, salah satu orang Padang, ketepatan dekat sama dia. Dulu saya kerja di pengukuran tanah. Datanglah anak angkat Bou itu yang bernama Anjung, ia hendak meminjam atau mengajak saya kerja sama untuk mengukur tanah, keluarga Hajjah Ehsan,” ujar Vicarius Manurung, yang sudah 12 tahun menjadi Ketua Pedagang Kaki Lima (PKL) Pajak Simpang Limun.
Singkat cerita dalam tempo sebulan pekerjaan itu saya siapkan, bahkan sama gambar serta PPN nya semua saya siapkan dan serahkan. Setelah itu Ibu Hajjah Ehsan bertanya, “Berapalah saya harus bayar ini semua?” Kemudian saya jawab, “Sekian, tapi saya tidak menerima uangnya, padahal semua anak angkatnya saat itu menerima,”.
Kemudian, setiap datang ke rumah Ibu Hajjah Ehsan, saya tidak pernah mau makan makanan yang disediakan tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Ternyata sikap saya diperhatikan Ibu, disitulah mungkin Ibundanya Amel ini menilai, “Batak yang satu ini hebat juga ya, sementara kawan-kawannya yang lain kalau dihidangkan langsung dihajar, tapi kenapa kau tidak mau makan makanan ini?”
Saya pun menjawab, “Saya tidak pernah mau makan punya orang kalau tidak dipersilahkan,”.
Lalu Ibu Hajjah Ehsan bertanya kembali, “Beberapa waktu lalu juga nilai kerja mu pun tidak mau kau terima. Apa yang kau minta dari Ibu makanya kau gak mau terima uang?” Spontan saya jawab, “Mau tidak Ibu jadi namboru saya?”
Mendengar jawaban polos dari saya itu, berlinang air mata Ibu Hajjah Ehsan saat itu, kemudian, Ia bertanya lagi, “Itu saja yang kau minta?” dan Saya menjawab. “Iyaa Bu,”.
Setelah itu akhirnya saya pulang ke rumah dan menceritakan kepada kedua orang tua saya.
“Ternyata diam-diam mamak saya pergi langsung ke rumah Ibu Hajjah Ehsan naik becak, dibawanya ulos, beras, semuanya, sebenarnya berapa lah nilai dari beras dan ulos itu bisa dibeli, tapi itulah adat Batak. Kemudian ulos yang dibawa diserahkan kepada keluarga Ibu Hajjah Ehsan termasuk ke empat anaknya, jadi ada enam ulos saat itu diserahkan,” jelas Vicarius Manurung dengan nada bergetar dan mata berkaca-kaca itu.
Kemudian Vicarius menjelaskan lagi, bahwa pada saat penyerahan ulos pada waktu itu saya tidak mengetahui. Setelah itu, beberapa hari kemudian saya bertemu lagi dengan Bou Hajjah Ehsan, ia mengatakan, “Mama mu sudah datang ke rumah Bou dengan membawa ulos lalu diserahkan secara adat,”.
Sejak itu saya beserta keluarga dan keluarga Bou Hajjah Ehsan menjadi satu ikatan keluarga, kedekatan emosional keluarga kami pun semakin dekat, bahkan seperti pertalian saudara kandung. Saya dianggap dan diperlakukan seperti anaknya bahkan juga anak-anak saya. Dan anak-anak Bou Hajjah Ehsan ada 4 orang juga saya anggap sudah seperti adik saya sendiri. Bahkan sampai sekarang komunikasi kami tetap terjalin walaupun Bou dan Amangboru sudah tiada lg.
Dukung Amel Siregar Maju di Pileg
Bou Hajjah Ehsan memiliki 4 orang anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan, salah satu dari adik saya yang bernama Muhammad Amel Siregar ini bercerita bahwa dia akan mengikuti kontestasi pemilihan legislatif (pileg) di 2024 dari Partai Buruh daerah pemilihan (dapil) 4, yaitu Medan Kota, Medan Amplas, Medan Area, dan Medan Denai.
Tentu Mendengar kabar tersebut sebagai abang, saya senang sekaligus ikut mendukung, apa lagi yang akan dilakukan niatnya baik untuk kemaslahatan orang banyak. Dari awal mau mencalonkan, Amel langsung minta pendapat ke saya sebagai abangnya, dan disitulah saya bangga sama adek saya ini.
Saat itu Ia mengatakan, “Bagaimana menurut Abang, saya mau mau mengikuti pemilihan legislatif di DPRD Kota Medan dari Partai Buruh di dapil 4, macam mana menurut abang?” begitulah Amel terangkan kepada saya, Saya jawab saat itu ke Amel saya siap mendukung. Jadi adik saya ini, sedang ada lobi-lobi apapun pekerjaannya selalu minta pendapat,
“Jadi sejauh ini saya dianggap seperti abang kandungnya, makanya sejauh ini saya merestui Amel,” ujar Vicarius Manurung yang pernah menjadi Wakil Ketua Koti di Kota Medan.
Nasehat saya, “Sama seperti dia sama saya atau saya sama dia. Janganlah ada dusta diantara kita, kalau sudah jadi anggota dewan yang dibuat dan dijanjikan untuk masyarakat di dapilnya bahkan semua orang dilaksanakan,”.
Kemudian Vicarius melanjutkan nasehatnya, jangan ada pembohongan-pembohongan, setelah jadi nanti malah berubah pikiran. Maaf apa kata-kata yang kita ucapkan itu akan didengarkan Yang Maha Kuasa, jadi harus tetap komit kepada masyarakat yang telah memberikan amanah atau kepercayaan kepada diri mu.
“Apalagi Amel dari partai buruh saya harapkan bantu semua masyarakat kecil, tampung aspirasi mereka para kaum marginal. Kalau Amel bisa menghidupkan ini, saya sangat senang dan bangga, berarti dia berfikiran dan meneruskan pemikiran-pemikiran macam mana almh. mama nya dulu hidup dari organisasi dan menjadi suatu kebanggaan,” ujar Vicarius, yang pernah kuliah di USU jurusan Ekonomi tahun 1987.
Diakhir bincang-bincang Vicarius, pria yang suka berorganisasi ini mengatakan, pertemanan, kasih sayang yang ditunjukkan dengan tulus, tanpa kebohongan dan maksud yang negatif maka akan menjadi sebuah kehidupan, begitulah Almh. Bou mengajarkan ke saya dan pengalaman itu saya ajarkan sama adik-adik ini. Kemudian rasa salut saya dengan keluarga Bou Hajjah Ehsan selama ini, banyak pelajaran hidup yang diajarkannya, mulai dari awal saya bisa berhubungan dengan orang-orang hebat di Kota Medan dan lainnya. Dan itu sudah terjalin hampir sekitar 10 tahun. (Monang Sitohang)