Oleh Sri Iswati
SuatuĀ profesi pada setiap zaman tentu punya tantangan berbeda. Makin modern ilmu dan teknologi yang mendukungnya, mungkin lebih ringan tantangannya. Namun belum tentu. Sebab variable atau anasir-anasir lain akan muncul dan menghadirkan tantangan tersendiri yang barangkali lebih berat. Jadi tergantung sudut pandang, pemahaman, lalu bagaimana pula cara menyikapinya.
Satu hal yang menandai gerak laju zaman dengan penemuan-penemuan baru ilmu dan teknologi adalah perubahan. Penanda kemajuan dan perubahan yang makin kita rasakan adalah nilai efektivitas dan efisiensi, serta kemudahan-kemudahan dan tentu kenyamanan. Saat ini berkat perkembangan teknologi informasiĀ dan komunikasi, segalanya seperti cepat melesat, cepat maju, cepat berubah. Dan kita seakan dituntut lari untuk mengiringi dan mengikuti perubahan yang terjadi.
Kini kita memasuki jagat digital. Jarak timur-barat seperti tak berselisih. Jarak terjauh begitu singkat ditempuh. Kita seakan bergerak mengikuti kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Begitu cepat melesat. Maka segala kabar, peristiwa, serta intrik dunia benar-benar ada dalam genggaman tangan kita, sehinggaa kita cepat tahu dan melihatnya lewat ponsel yang hanya beberapa insi.
Kita, dan masyarakat global menyadari telah memasuki era digital, dan kita yang berkecimpung dalam media massa, tentu sangat merasakannya. Hampir setiap sektor/bidang telah menerapkan digitalisasi. Kita pun tahu, setiap hari, setiap jam, kejadian yang silih berganti cepat kita dapatkan. Kita dengar dan lihat. Bisa real time, lewat audio visual. Dan profesi jurnalis berperan di dalamnya. Ikut mencatat, menginformasikan, dan bahkan mewarnai peristiwa yang terjadi. Baik lewat pengambilan angle/sudut pandang, kajian atau analisa, serta nilai-nilai yang kita kedepankan.
Itulah sebabnya, dalam tatanan demokrasi pers merupakan pilar kekuatan keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pers dapat diartikan sebagai orang atau Lembaga yang bergerak dalam mempublikasikan berita
Ada pula yang mendefiniasikan Pers adalah Lembaga sosial dan media yang bergerak dalam kegiatan jurnalistik seperti mencari, mengambil, memiliki, menyimpan, mengolah, dan mengirimkan informasi, baik berupa tulisan, video, audio dan gambar, data dan grafik maupun dalam bentuk lain melalui media cetak, media elektronik seperti radio dan televisi, serta media siber atau media-media online.
Sebagaimana kita ketahui pers memiliki fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Dari fungsi-fungsi tersebut, kita tentu menyadari bahwa di sana ada tugas mulia yang harus dilakukan. Apa yang kita tulis dan publikasikan tentu tak sekadar menyampaikan informasi namun juga memberi edukasi, nilai-nilai, motivasi, pencerahan dan pengertian atau pun pemahaman tentang suatu hal, dan lain-lain. Di sisi lain juga dituntut menyampaikan kontrol sosial atas penyimpangan yang terjadi di masyarakat, di lembaga, institusi, dan lainnya sesuai bidang garap kita; di bidang hukum, misalnya, ekonomi, politik, hankam, dan sebagainya.
Untuk mengetahui atau menangkap adanya penyimpangan, ketidakwajaran , pelanggaran-pelanggaran, tentu pula wartawan dituntut memiliki kepekaan, daya kritis, keperdulian, keberanian, serta kesigapan menggali informasi.
Pengalaman-pengalaman liputan, bertemu dengan para tokoh, pejabat, selebriti dan pesohor lainnya akan mengantar anda pada suatu pemahaman, yang mungkin kian memikat anda untuk tetap menekuni profesi sebagai jurnalis. Apalagi jika anda yakin bahwa profesi ini pilihan dan anda memang suka, meskipun barangkali secara finansial kurang menjanjikan. Namun, apabila kepuasan batin sudah anda rasakan, atau sempat anda nikmati karena orang lain atau sekelompok orang mendapatkan infomasi yang bagus atau bahkan pencerahan berkat tulisan anda, tampaknya anda tak perlu bertolak ke profesi lain.
Jika memang profesi jurnalis ini pilihan, teruslah melaju. Mantapkan bahwa passion anda di sini. Kepuasan anda di sini, dan pilihan peran anda dalam masyarakat atau kehidupan juga di sini. Di jagat pers. Anda ingin memberi sumbangsih peran terhadap masyarakat lewat karya jurnalistik.
Pabila anda telah yakin, jurnalis sebagai profesi pilihan, tentu anda tidak akan mudah menyerah jika dalam suatu liputan/ investigasi menemui kesulitan, intimidasi bahkan mungkin ancaman. Dalam profesi apapun, jika dilandasi passion yang kuat, adanya tantangan akan membuat anda kian tangguh. Tak gentar akan risiko, bahkan adanya tantangan-tantangan akan makin menguatkan anda.
Sebagaimana kita tahu, jagat informasi tak pernah sunyi. Peristiwa dan aktivitas di mana-mana, dan silih berganti. Setiap hari di pelbagai institusi senantiasa ada kegiatan, peristiwa alam, dan bencana kemanusiaan dari yang kecil hingga besar seperti berulang. Dan semua yang layak dan perlu dipublikasikan, umumnya tak lepas dari bidikan wartawan.
Pilihan Liputan
Dalam tugas sehari-hari, wartawan pun tentu ada kejenuhan jika menginformasikan kegiatan atau peristiwa yang berulang dan tergolong informasi yang biasa-biasa saja. Jika pikiran atau perasaan demikian merambah diri anda, hal itu merupakan sinyal agar anda membuat liputan yang bagus, yang lebih berdampak. Atau harus wawancara khusus dengan tokoh-tokoh tertentu atau narasumber yang jawaban-jawabannya kritis, pikiran-pikirannya sering memberikan pencerahan terhadap suatu masalah. Jika anda melakukan itu, tentu kepuasan batin lebih besar dibanding anda menulis atau membuat berita langsung (straight news).
Memang untuk wawancara khusus, atau ingin menyajikan liputan tentang suatu topik permasalahan memerlukan perencanaan lebih matang. Setelah wawancara pun perlu pengolahan yang tentu saja membutuhkan waktu lebih lama. Namun, dalam proses pengolahan, pikiran-pikiran anda ketika menyusun dan merangkai kata sekaligus menganalisa dari fakta dan data yang terkumpul. Bukankah langkah demikian juga menginspirasi dan menuntun pembaca dalam melihat suatu peristiwa atau pemasalahan yang terjadi.
Dalam proses pengolahan, banyak hal yang akan didapatkan. Anda pasti bergulat dengan kata-kata. Menyatakan suatu hal dengan kata-kata yang tepat agar apa yang disampaikan sesuai yang dimaksudkan. Maka pilihan kata perlu diperhitungkan. Pilihan kata tidak hanya mampu menerangkan atau menyibak fakta yang sebenarnya, namun nilai rasa dari pilihan kata-kata seringkali menghidupkan narasi dan daya tarik penyajian berita. Dan bisa diharapkan pesan yang anda inginkan atas sajian berita itu lebih berdampak positif bagi pembaca.
Guna lebih mengetahui dan memahami makna kata dan nilai rasa kata, kita sekarang lebih mudah membuka kamus. Di era gitalisasi ini, apapun tersaji di jagat maya. Kamus, ensiklopedi bisa kita petik dari handphone kita. Makna kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa kita lihat di ponsel kita, atau di web khusus lainnya yang konsen terhadap arti kata termasuk contoh penggunaannya. Termasuk juga sinonim dan antonimnya. Tentu hal itu juga harus dibarengi dengan bacaan yang luas. Karena Bahasa Indonesia ini sangat dinamis. Kata-kata serapan demikian mudah dan cepat berkembang sesuai perkembangan ilmu dan teknologi serta sosial kemasyarakatan.
Khasanah kata-kata yang kita miliki dan terus bertambah akan membantu kita lebih lincah dan leluasa dalam menyusun narasi dan karya tulis, khususnya karya jurnalistik. Dan karya itu tidak hanya berupa berita langsung tapi juga laporan-laporan liputan, wawancara khusus, dan tentu bermacam features lainnya.
Jika teknologi dan sarana serta prasarana untuk menghadirkan karya yang bagus sudah mendukung, semestinya hal itu memacu kita untuk membuat liputan yang apik. Tinggal kesungguhan, dan tentu kekuatan mimpi kita. Namun percayalah, kata-kata umum yang sering kita dengar, adalah siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Man jadda wa jadda . Kalau bahasa motivator; usaha tidak mengkhianati hasil.
Selamat ulang tahun pilarmerdeka.com. Dengan semangat dan kerja konsisten, insya Allah keberhasilan akan tergenggam. ***