BerandaProfilKDM dan Wajah Orang-orang Pinggiran

KDM dan Wajah Orang-orang Pinggiran

PILAR MERDEKA – Apa pun aksi yang mewujud dan mengharukan, wajarlah jika yang melihat meneteskan air mata. Apalagi realitas itu tentang reaksi si miskin saat menerima pemberian. Orang-orang susah itu spontan menangis. Ada yang tersungkur, langsung bersujud, dan ada pula sampai sesenggukan.

Saya melihat entitas yang membuat trenyuh itu berawal dari tayangan yang di-share teman lewat grup WhatsApp. Sebuah tayangan video terkait aktivitas Gubernur Jawa Barat di channel you tube-nya, Kang Dedi Mulyadi (KDM). Tapi tayangan itu bukan baru, bahkan sebelum KDM jadi gubernur.

Decak kagum seketika merambah. Di awal tayangan itu sudah menggetarkan emosi. Menyeret imajinasi. Suatu pertanda dari penggarapan yang tidak main-main, dan berbeda.

Intro musik cukup syahdu, dan syairnya menebar harapan. Sentuhan impresi kuat diwarnai goresan grafis dari wajah-wajah sahaja, hingga menyembulkan aura kesadaran dan penyandaran insan atas petunjuk semesta. Ini sinyal manifestasi atas jalan manusia yang acap rindu ‘’mengetuk pintu langit’’.

/Semoga alam selalu membimbingmu/ Dan biarkan angin menuntun langkahmu./

KDM

Untaian syair lagu di atas yang dijadikan musik latar, tentu ditujukan kepada sang tokoh, pelakon KDM channel, yang kini memimpin Tanah Sunda/Jawa Barat. Kalimat itu juga mengejahwantahkan penghambaan di hadapan semesta. Dan semoga Yang Maha Agung senantiasa membimbingnya tuk membangun Jabar dan mewujudkan kesejahteraan serta keadilan bagi warganya.

Kuncup yang diharap mulai merekah jika kita kemudian intens melihat dari langkah-langkah dan cara kerjanya yang cepat dalam menyelesaikan hambatan/persoalan, dan tangkas pula menerapkan solusi. Maka kerjanya menunjukkan impresi yang selalu bergegas, …sat-set… dengan energi yang seakan tak pernah putus.

Melihat sampah menumpuk di suatu pasar di Bandung, misalnya, titahnya tegas; Bereskan! Hari ini selesai! Dan selanjutnya menyediakan mesin pemroses sampah.

Peminta-minta di jalan, di lampu merah juga dibersihkan. Namun tak main sikat. Mereka diajak dialog. Dari hati ke hati. Gelagat rasa hadir. Mereka diajak makan, dan ending-nya disantuni dalam jumlah yang memadai, setidaknya bagi penerima. Pun diarahkan untuk pekerjaan selanjutnya. Ia memberikan “kail !”

Alur ruang virtual mengikuti algoritma, maka setiap saya buka you tube, KDM channel muncul dan bahkan mendominasi karena short video-nya juga kerap tampil di layar digital.

BACA JUGA  Ketua LMK, Maal Indrawan, SE: "Tidak Kenal Kata Lelah"

Adalah kebiasaan sang tokoh menyapa kaum miskin, menyambangi kalangan akar rumput, merangkul orang-orang pinggiran, lalu berbincang tentang mata pencariannya/penghasilannya. Begitulah umumnya materi sekaligus menjadi pilar konten youtubenya.

KDM

Sang tokoh acap menggali kisah penghidupan dan masalah sosial masyarakat bawah tersebut, sehingga terungkap, meski sekilas tentang apa dan siapa subjek yang disapa atau disambanginya. Di sini, di KDM Chanel kita disuguhi lakon kehidupan orang-orang bawah dengan riwayat hidup masing-masing.

Ia selalu berbagi ketika menyapa atau menemui mereka, baik di jalan maupun langsung mendatangi rumahnya yang kebanyakan sangat sahaja, bahkan umumnya tak layak huni. Menyantuni mereka dengan jumlah uang yang cukup besar, utamanya menurut anggapan si miskin. Kadang mengajaknya belanja di minimarket. Hal ini sering membuat pemirsa tersentuh, terharu. Betapa tidak. Kita melihat bagaimana reaksi orang-orang susah itu saat menerima pemberian. Menangis, terisak-isak, atau bersujud. Luapan rasa haru, kaget, gembira dan bahagia teraduk-aduk dalam ekspresi rona muka dan cucuran air mata.

Uang dan barang belanjaan itu bukan sekadar cukup untuk makan hari lni, tapi bisa untuk beberapa minggu/bulan ke depan. Kadang bisa untuk bayar kontrakan rumah (sesuai desakan kebutuhan), buat nambah modal dagang, atau beli domba bagi penggembala, dll.

Mereka yang disantuni dan mendapat berkah lewat KDM, tampak bukan sembarangan orang miskin atau asal orang susah. Namun mereka adalah wong cilik yang benar-benar giat berjuang, rajin bekerja, mau berubah, seperti pedagang keliling, anak-anak yang ngider jualan kue, nenek-nenek yang pagi-pagi berangkat jualan di pasar, pencari barang bekas/pemulung, dan lainnya.

Kadang sang tokoh memeluk erat si miskin sambil menasehati agar tetap semangat. Kepada anak-anak pun ia ulurkan kasih sayang, layaknya ayah atau ibu terhadap buah hatinya. Dan anak-anak itu pun luluh. Mungkin pelukannya terasa meneduhkan bagi bocah yang sangat merindukan ibu/ayah akibat orangtuanya cerai, tidak diurus, atau tertimpa masalah yang amat memilukan.

Dalam situasi yang tampak getir atas ‘’objek’’ yang ditemukan, sang tokoh terkadang berlinang air mata saat menyambangi dan berbincang dengan golongan papa atau orang-orang pinggiran tersebut. Mungkin kondisi itu benar-benar menyentuh, menggetarkan hatinya. Atau bisa jadi yang serupa telah dilaluinya karena dirinya pernah berada dan melewati titik yang sama.

BACA JUGA  Visi dan Misi Rico-Zaky Berantas Narkoba dan Perjudian

KDM

Mendulang Persoalan

Sebagai pemimpin wilayah, tokoh politik, dirinya tentu makin paham kondisi riil warganya. Karena dari kebiasaan blusukan, masuk desa dan kampung-kampung, menengok dapur fakir miskin, maka di sana sang tokoh bisa mendulang persoalan yang dihadapi warganya/masyarakatnya. Dan itu bisa menjadi inspirasi dalam membuat keputusan serta mendasari untuk langkah-langkah kerjanya. Sekaligus itu “objek apik’’ untuk konten YouTube-nya dengan penggarapan yang diwarnai penyelesaian konkret dalam kedaruratan.

Belakangan kita tentunya cukup intens mengikuti KDM channel, setelah muncul kebijakannya yang menuai kontroversi, terutama soal mengirim siswa bermasalah untuk mendapakan Pendidikan Karakter di barak militer. Sejak itu KDM makin mendapat sorotan publik, lebih-lebih media massa. Di sisi lain, berkat sundulan kontroversi tadi chanel youtube-nya kian banyak yang nonton. Followers-nya terus meningkat, subscriber-nya melesat. Hingga naskah ini ditulis, hampir menyentuh 8 juta.

Tayangan lama pun, 4 tahun lalu, terdeteksi terus ditonton. Hal itu bisa dilihat dari komentar-komentar yang baru ditulis. Kisah dijumpainya anak pencari rongsokan, Caswara, yang cukup dramatis, merupakan salah satu tayangan yang banyak ditonton. Sudah tembus 8 juta pemirsa.

Caswara adalah potret kehidupan anak-anak yang tidak diurus. Miris memang. Memilukan, payah, dan tampak ruwet. Ia tinggal di saung tanpa lentera di tanah milik orang lain. Untuk makan sehari-hari bocah itu mencari barang-barang rongsokan.

KDM
Caswara, bocah tak beruntung yang beruntung diangkat derajatnya oleh KDM. (Foto. Istimewa)

Pertemuannya dengan KDM seperti hendak ‘’menyambung’’ masa lalunya. Frekuensi batin agaknya terhubung. Secara kasat mata keduanya tidak saling tahu dan tidak kenal, tapi semesta ‘’mempertemuan kembali’’ di tengah malam 10 tahun kemudian. Ternyata Caswara adalah anak yang ketika lahir biaya persalinan ibunya berkat uluran tangan KDM. Namun si pemberi tak ingat karena cukup banyak orang yang dibantunya. Sementara ayah Caswara tak pernah lupa karena hal itu merupakan momen penting dan genting bagi keluarganya.

Objek bidik KDM Channel tampaknya konsisten sejak munculnya tahun 2022, yakni penghidupan kalangan bawah, fakir miskin, kelas proletar dengan penghasilan pas-pasan, juga pedagang keliling, pemulung, lansia dan anak-anak terlantar, termasuk penyandang masalah sosial; seperti anak-anak punk, anak-anak jalanan, pengamen, dll.

BACA JUGA  Edy Ikhsan, “Francis Galton” dari Medan

Kalau konten semacam itu kemudian banyak pengikutnya, dan komentar-komentar pemirsa juga merasa tersentuh, turut iba dan empati atas kesulitan orang lain, tentunya tontonan tersebut dianggap menarik. Karena realita tentang kehidupan lapisan bawah seperti itu tampaknya bukan hanya ada di Jabar, namun di provinsi lain tak jauh beda. Mungkin memang begitulah potret masyarakat kita yang masih banyak hidup di bawah lini kemiskinan.

Banyak variable yang membuat suatu sajian video menarik. Di sini, sebagai suatu tontonan, peran sang ‘’aktor’’ cukup mahir. KDM bermain wajar, natural, seolah-olah tengah menjalani kesehariannya. Protagonis maupun antagonis. Story telling-nya juga lihai dengan pesan yang kadang demikian subtil. Ditambah ilustrasi musik dimana pada ‘’adegan’’ yang sekiranya mulai membuat orang terharu, justru ditimpa dengan instrumen nglangut atau lagu nan sendu. Tim kreatornya tampak jeli memperhitungkan elemen dramatiknya, sekecil apapun.

Sang pelakon tak sekadar bincang-bincang, namun mampu mengorek dan menggali keterangan ‘’narasumber’’ lebih detail, layaknya kerja seorang jurnalis. Dengan komunikasinya yang santai, familier, melipur, menggunakan bahasa lokal (Sunda), tampak hadir dalam empati dan antusias keperdulian yang tinggi. Hal demikian bisa lebih mudah mengorek dan mengungkap keterangan untuk alur kisah yang ingin diketahuinya. Mengapa sesuatu terjadi, atau bagaimana seseorang/umumnya kaum kebanyakan ini mengatur keuangannya, sedangkan penghasilannya sangat minim, dll, serta tak lupa ia berbagi.

Lewat tangan yang sering mengulurkan bantuan kepada orang-orang susah, kita makin memahami arti sebuah pertolongan. Betapa indahnya makna berbagi. Jika itu disampaikan kepada orang-orang yang tepat, dan bukan hanya untuk membuatnya kenyang hari ini, maka diharapkan aksi langkah-langkah itu dapat menuntun arah jalan hidup seseorang/keluarga dan menyelamatkan masa depannya.

Dari banyak komentar, wajarlah jika menuai beragam pendapat. Selain menimbulkan haru, juga timbul unsur ‘’cemburu’’ untuk mengikuti jejak pemberi dalam berbagi, agar bisa turut mengurangi derita orang lain. Ada pula komentar miring, demi konten dan pencitraan. Itu pun alamiah. Keberimbangan! Namun kita tahu, kepura-puraan, kepalsuan tak bisa dibungkus dengan kemasan seapik apa pun. Ketulusan dan kesejatian hasrat akan tetap bisa dirasakan, karena getaran frekuensi semesta tak pernah diam. *** Sri Iswati

Google

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img
- Advertisment -

DAERAH