DELI SERDANG, PILAR MERDEKA – Suasana santai menyelimuti kantin Kampus Utama Universitas Medan Area (UMA) di Jalan Kolam, Desa Medan Estate, Jumat (31/10). Di bawah semilir angin yang berhembus lembut, mahasiswa menikmati makan siang sambil bercengkerama di kantin sederhana yang kini menjadi tempat paling hangat di hati warga kampus.
Kantin UMA tak sekadar tempat makan. Di sisi kiri dan kanan, ruang terbuka menampilkan pemandangan jalan kampus yang ramai. Angin silih berganti masuk, membawa kesejukan yang membuat siapa pun betah berlama-lama.
Taman di depan kantin menambah pesona. Pohon pinang, kelapa sawit, hingga pinang merah berdiri tegak menghiasi halaman. Di antara dedaunan hijau, bunga-bunga warna-warni bermekaran, mempercantik suasana alami yang jarang ditemukan di lingkungan kampus perkotaan.
Bangku dan meja dari semen permanen berdiri kokoh, dilapisi keramik putih yang bersih. Semua tertata rapi, menciptakan kesan sederhana namun penuh kenyamanan.
Kata “kantin” di UMA identik dengan Bang Roso, sang pengelola yang dikenal ramah dan selalu menyapa mahasiswa dengan senyum tulus. Ia menyediakan berbagai menu favorit seperti nasi soto, nasi sop, nasi ayam, nasi ikan, nasi telur dadar, mie sop, serta aneka Indomie kuah dan goreng.
Namun ada satu menu yang paling ikonik, nasi tahtem, singkatan dari “nasi tahu tempe”. Dengan nada bersahabat, Bang Roso menjelaskan, “Nasi tahtem maksudnya nasi tahu tempe.” Menu sederhana itu justru menjadi pilihan banyak mahasiswa karena rasanya yang khas, porsinya pas, dan harganya ramah di kantong.
Harga makanan di kantin ini berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per porsi, menjadikannya pilihan utama bagi mahasiswa yang ingin makan enak tanpa menguras dompet. Ada juga teh manis panas, teh dingin, serta camilan ringan seperti bakwan, risol, dan roti yang menemani waktu santai.
Kehangatan yang Tak Tergantikan
Setiap siang, kantin UMA selalu ramai. Tawa mahasiswa terdengar bersahutan di antara aroma soto dan teh manis yang mengepul. Di tengah keramaian itu, Bang Roso atau akrab disapa Wak So menjadi sosok yang tak terpisahkan.
“Kita bergaul dan ramah dengan adik-adik mahasiswa. Sehingga kantin kita selalu ramai,” ujar pria asal Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang itu dengan senyum bangga.
Kehadirannya bukan sekadar penjual makanan, tapi juga seperti keluarga bagi mahasiswa yang jauh dari rumah. Banyak yang datang bukan hanya untuk makan, tapi juga mencari kehangatan suasana yang penuh keakraban.
Tempat yang Menyimpan Kenangan
Bagi mahasiswa UMA, kantin ini bukan sekadar tempat mengisi perut. Ia adalah ruang istirahat dari padatnya kuliah, tempat berbagi cerita, dan kadang tempat melepas rindu pada rumah. Setiap sendok nasi tahtem dan setiap teguk teh manis menyimpan kenangan kecil yang kelak akan mereka rindukan.
Di tengah hiruk pikuk dunia kampus, kantin UMA tetap berdiri sebagai tempat sederhana yang memeluk hangat setiap pengunjungnya — dengan semilir angin, aroma makanan, dan keramahan Bang Roso yang tak tergantikan. (Fajaruddin Adam Batubara)


