DELI SERDANG, PILAR MERDEKA – Suasana kegembiraan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 masih terasa meskipun sudah 6 hari berlalu. Banyak warga masyarakat masih mengadakan kegiatan di hari Sabtu dan Minggu. Salah satunya adalah Komunitas PJ Family bersama ALCO Sumut yang menggelar family gathering, pada Sabtu (22/8).
Ada suasana yang berbeda pada kegiatan kali ini. Bukan sekadar upacara bendera dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, melainkan momen syahdu, haru, dan khidmat saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama di halaman rumah pengasingan Ir. Soekarno (Presiden RI pertama), Sutan Syahrir (Perdana Menteri pertama), dan Agus Salim (Menteri Luar Negeri). Rumah tersebut berukuran 20x 30 meter, terletak di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.
Di rumah inilah Putra Sang Fajar diasingkan selama 12 hari menjelang agresi milter Belanda pada penghujung Desember 1948. Rumah berdinding papan bercat putih itu sendiri berada di areal 1,5 hektar, saat ini dilengkapi dengan mushala megah dengan sekelilingnya menggunakan dinding kaca seperti layaknya rumah pengasingan Bung Karno.
Memasuki rumah tersebut di atas pintu ruang utama terpampang 2 foto berukuran besar saat putra terbaik bangsa berada di Tanah Karo dengan kawalan militer Belanda bersenjata. Terdapat juga patung Bung Karno berukuran kecil di atas meja.

Sementara di sisi kiri rumah terdapat kamar dan tempat tidur Bung Karno yang masih terjaga dengan baik. Selain itu terpampang juga foto Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution dan H. Surya berikut lambang Provinsi Sumatera Utara di dinding papan kelihatan baru di cat karena baru saja dipugar.
Mengingat rumah bersejarah ini menjadi aset milik Pemprovsu dengan nama Mess Sempurna. Ada 5 bangunan baru dengan 10 kamar yang dapat dipergunakan oleh warga masyarakat untuk menginap bila ada kegiatan di Berastagi dengan harga sewa 250 ribu – 300 ribu per malam.
Rumah berdinding papan tersebut menjadi saksi bisu anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Di halaman depan, terdapat patung Bung Karno berbahan perunggu dengan ukuran besar.
Di bawah patung Bung Karno dalam posisi duduk dengan sikap menyilangkan kaki kanan di atas kaki kiri, ada prasasti terbuat dari batu Pualam bertuliskan: “Kawan! Pusara adalah lambang kesinambungan. Hidup ! Mati ! Dalam perjuangan. Bahana Kekal panggilan Bung Karno dari Blitar sampai Tanah Karo” (Sitor Situmorang).
“Di tempat ini sejarah bangsa ditorehkan betapa bapak pendiri bangsa harus menjalani pengasingan agar hilang komando pemerintahan,” ungkap Dipa Samudra (51) selaku ketua dari Komunitas PJ Family.
Kemuddian lanjutnya lagi, saat diwawancari awak media ini, “Sangat disayangkan sekali bila ada pemimpin bangsa ini abai terhadap pembangunan anak bangsa, abai terhadap tata kelola dan kesejahteraan rakyatnya,”.
Berbagai acara perlombaan sekedar untuk hiburan diselenggarakan oleh pihak panitia Family Gathering ALCO Sumut. Bagi sang pemenang yang beruntung ada yang memperoleh Termos Nasi, Dispenser, Strika listrik, Jilbab, Tumbler, gelas dan lain-lain. (Budi Sudarman)

