MEDAN, PILAR MERDEKA – Ini kisah tentang pak Ishak Ibrahim (81 tahun) yang sudah delapan tahun, dengan sabar dan tekun mengeluti usaha jasa servis jam tangan, di emperan pertokoan yang berlokasi di Jalan Mesjid, Kesawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, yang ia jadikan tempat mangkal setiap hari kecuali hari libur.
Beda halnya dengan usaha sejenis seperti pedagang sayur mayur dan lainnya, yang mangkalnya di pajak atau pasar justru hari libur para pengunjung ramai maka dijadikan pengharapan untuk meraih omzet yang lebih besar dibandingkan dari hari-hari biasa.
Zaman berubah, pajak atau pasar saat ini kondisinya sepi dari pembeli. Sekedar berkunjung untuk melihat dan wisata cuci mata sudah sepi konon lagi untuk membeli. Tren jualan online sekarang mendominasi perputaran uang.
Begitu juga halnya dengan jam tangan, meski saat ini hampir semua orang kemana-mana selalu membawa smartphone yang kerap ada dalam genggamannya, yang saat ini sudah dapat berfungsi sebagai alat bantu penunjuk waktu, namun keberadaan jam tangan tidak tergerus oleh perputaran tren zaman hanya saja pemakai pun berkurang.
Pemakaian jam tangan sudah menjadi bagian dari peradaban umat manusia itu sendiri. Dimulai dari yang sederhana berupa tongkat kayu, jam pasir, jam mekanis dan kinetic sampai kepada teknologi analog dan digital. Keberadaan jam tangan menjadi poin tersendiri dalam style dan fashion.
Jam tangan saat ini diproduksi dengan berbagai teknologi dan kualitas. Oleh pihak produsen dipasarkan mulai harga ratusan ribu hingga milyar rupiah, tergantung kemampuan si pembelinya. Fungsi jam saat ini bukan sekedar alat bantu penunjuk waktu melainkan sebagai perhiasan.
Karena kacanya dari batu permata Safir yang anti gores dan sebagai ganti angkanya dipasang berlian putih, biru atau kuning. Oleh sebab itu, rumah mode kelas dunia pun meluncurkan produk jam tangan mewah yang wah seperti Piere Cardin, Etienne Aigner, Montblanc, Christian Dior, Gucci, Bv dan sebagainya
Jasa Servis Jam Tangan Pak Ishak
Sistem penjualan jam tangan boleh tersentuh dengan sistem online, tetapi saat service bila ada kendala tentunya lebih puas bila diantar ke tempat servisnya. Seperti jasa service pak Ishak ini sedikit banyaknya memberi manfaat buat pemilik jam yang kelas menengah ke bawah meski hanya untuk mengganti batere yang sudah soak.
“Lima tahun saya buka service di Pajak Ular (Pajak = Pasar dikawasan Jalan Sutomo, Medan -red), karena di masa pandemi Covid 19, ada larangan berkumpul, saya jadinya menetap disini (Jalan Mesjid)” ujar pak Ishak siang itu sambil mengutak-atik jam yang sedang diperbaiki.
Menurut pria tua berkumis dan berjenggot yang sudah hampir putih semua itu, jasa servis jam tangan ini ia tekuni karena penglihatan serta pendengarannya masih bagus.
Kemudian pak Ishak pun mengkisahkan ikhwal ia mengeluti usaha servis ini kepada awak pilarmerdeka.com, “Awalnya saya kerja sebagai tukang bangunan, karena sudah tua, tenaga sudah lemah saya coba-coba jualan jam tangan, ada yang baru ada juga yang bekas sekaligus jual kaset VCD” ujar pak Ishak.
Dari situlah ada juga kadang orang-orang menjual kembali jam tangannya ke saya. “Ada yang baterenya soak, ada yg bekas lemnya lepas, ada spulnya lemah, macam-macamlah, zaman sekarang lebih mudah lagi, untuk jam yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi, saya ganti mesinnya” terang pak Ishak.
Kemudian di sela pembicaraan saya pun mencoba mempertanyakan berapa kira-kira pendapatan dari jasa service jam tangan pak Ishak ini bisa dibawa pulang, ternyata pak Ishak langsung menjawab, “Kalau penghasilan saya tidak bisa ditetapkan, kalau paling besar bisa mencapai 200 ribu, kadang juga dapat 150 ribu, makanya saya sediakan rokok buat tambahan,” ungkap pak Ishak.
Kemudian kalau pas sepi jasa servis jam, saya bantu parkir kendaraan di area ini, “Ya alhamdulillah setiap hari ada saja rezeki yang bisa dibawa pulang, bisa lepas-lepas untuk bantu makan cucu,” ujar kakek yang punya tiga cucu ini menjelaskan dengan pancaran mata bahagia penuh rasa semangat dan optimis. (Budi Sudarman)