JANJI MARTAHAN, PILAR MERDEKA – Liburan ke kampung halaman memberikan kesan tersendiri yang tak tergantikan dengan liburan ke tempat wisata lainnya. Disamping pemandangan alamnya yang bisa memanjakan mata, suana hati nyaman dan pikiran terasa rileks, juga dapat menikmati alpukat segar langsung dari pohonnya. Itulah “desa-ku,” Desa Janji Martahan, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir.
Dulu, sekitar 35 tahun silam, pulang kampung di musim buah menjadi motivasi utama. Seperti mangga dan alpukat adalah dua buah yang paling dinantikan. Mangga bisa ditemukan di hampir setiap kampung bahkan di sepanjang pinggir jalan, sementara alpukat hanya ada di beberapa tempat, seperti perkampungan (Huta) Kobun.
Namun, seiring waktu, perubahan terjadi. Pohon mangga yang dulu berbuah lebat kini sudah tua dan produksinya menurun. Sebaliknya, alpukat semakin banyak ditanam dan tumbuh subur di kawasan ini. Rasanya, buah ini sangat cocok tumbuh di Kabupaten Samosir.
Perubahan ini membawa harapan baru bagi masyarakat setempat. Dengan semakin banyaknya pohon alpukat, potensi ekonomi dan pariwisata dusun ini pun meningkat. Bagi pengunjung, musim buah tetap menjadi saat yang paling dinantikan, dengan kenangan dan pengalaman baru yang bisa dinikmati.
Beragam Jenis dan Bentuk
Pada Jumat, 25 April 2025, Desa Janji Martahan sedang diselimuti musim alpukat. Di Dusun/Huta Lumban Sitohang, beberapa pohon alpukat sedang berbuah lebat. Yang menarik, setiap pohon memiliki karakteristik buah yang berbeda-beda.
Ada alpukat kecil dengan daging tebal dan kuning mentega, ada yang besar dengan daging tipis dan batu besar, serta ada yang bulat dengan kulit licin dan daging lezat. Posman Sitohang, pemilik pohon alpukat, menjelaskan bahwa perbedaan ini memang umum terjadi pada alpukat di desanya.
Sehingga saat itu, ada beberapa alpokat diturunkan dengan cara memanjat dan menggunakan kayu yang ujungnya telah dibuat kain untuk menampung agar tidak jatuh. Dari keempat pohon alpokat yang ada di Huta Lumban Sitohang, masing-masing perbedaan bentuk buahnya.
Ada yang kecil bentuknya tapi dalam nya mentega (kuning) tebal, ada yang besar bentuknya bahkan ada yang hampir setengah kilo satu biji tapi dalamnya tipis batu nya besar. Sedangkan yang diturunkan saat itu bentuknya bulat, kulit licin bersih jenis dalamnya mentega dan lumayan besar rasanya lezat.
“Buahnya beda-beda, kalau yang belakang itu buahnya tidak besar tapi dalamnya tebal dan mentega, sedangkan yang sebelahnya besar bisa setengah kilo satu biji tapi isinya kurang tebal,” kata Posman.
Namun jika saat musim buahnya lebat-lebat, bahkan satu pohon bisa ratusan kilo buahnya. “Kadang dibawa mamak ke Medan bang, bisa sampai 50 kg. Tapi kalau kita mau jual ada toke (penampung) yang datang menjemput ke rumah,” jelas Posman saat menurunkan alpokat nya.
Sedangkan alpukat dari pabodil ini istilah tempat anak-anak dulu bermain bola sambil menunggu, marmaham ternak lembu atau kerbau, kini ditanami alpukat bentuknya lonjong memanjang atau orang bilang botol ini juga isinya mentega dan isinya tebal.
Alpukat di Desa Janji Martahan juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Toke-toke buah datang menjemput alpukat dengan harga yang bervariasi. Beberapa warga bahkan mengantar alpukat ke Sibolga untuk dijual.
Menurut Linggom Sitanggang salah seorang warga setempat, bahwa jika musim alpokat di Janji Martahan, maka toke-toke buah datang menjemput. Ada yang menawarkan sekaligus memetik langsung, ada yang tinggal terima bersih atau jemput. Kalau harga bervariasi, ada perkilo Rp7000, isinya tergantung besaran nya bisa sekilo 4 buah atau 3 buah. Jika diantar ke Kota Medan bisa perkilo Rp15.000
“Kadang kami mengantar juga sampai Sibolga, bisa sampai 50 – 100 kg, itu nanti diantar ke bus,” ujar Linggom yang kesehariannya sebagai pemandu wisata di Bukit Cinta, Desa Janji Martahan.
Menurut Nina, saat merasakan alpokat dari Desa Janji Martahan ini mengatakan alpokat nya lezat, bahkan dikonsumsi begitu saja tanpa mencampurkan dengan gula atau susu sudah lezat.
“Bentuk nya beda-beda seh, ada yang bulat bersih kilat kulit luarnya, dalamnya kuning tanpa ada busuk dan tebal, begitu juga yang bentuknya yang lonjong, dalamnya mentega dan tebal. Saat tiba di Medan sekitar dua hari alpokat hampir sudah masak sebagian,” kata Nina, Kamis (1/5/2025) kepada awak Pilar Merdeka.Com.
Nina menyimpulkan bahwa alpukat Janji Martahan berpotensi menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Samosir yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Ia menilai hal ini berdasarkan pengalamannya melihat pohon alpukat yang tumbuh subur dan berbuah lebat, bahkan pada usia yang masih muda.
Lanjut Nina, ia memperkirakan bahwa bukan tidak mungkin alpukat menjadi buah unggulan masa depan di Desa Janji Martahan. “Alpukat segar Janji Martahan, kayaknya terasa semakin nikmat kalau disantap sembari menatap ke arah Danau Toba dari kejauhan di perkampungan,”cerita Nina setengah bergurau. (Monang Sitohang)