PILAR MERDEKA – Yogyakarta kembali menunjukkan perannya di kancah global sebagai pusat diskusi strategis seputar masa depan navigasi penerbangan di Asia Pasifik. AirNav Indonesia secara resmi dipercaya menjadi tuan rumah ICAO Asia/Pacific Airport and Airspace Capacity Assessment Workshop, yang digelar pada 2-5 Juni 2025 di Hotel Tentrem Yogyakarta.
Forum ini merupakan kolaborasi antara International Civil Aviation Organization (ICAO) dan Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat. Workshop bergengsi ini diikuti oleh 103 peserta yang berasal dari 15 negara dan 6 organisasi internasional.
Para peserta workshop ini terdiri dari berbagai pemangku kepentingan aviasi, termasuk regulator penerbangan sipil, penyedia layanan navigasi udara (ANSP), maskapai penerbangan, dan lembaga internasional yang berperan dalam pengembangan kebijakan aviasi.
Dari Indonesia, AirNav Indonesia menurunkan 18 delegasi yang terlibat aktif dalam sesi diskusi teknis dan penyusunan kebijakan bersama.
Salah satu fokus dalam kegiatan workshop ini adalah menjawab tantangan ruang udara yang semakin padat. Pesatnya pertumbuhan lalu lintas udara, kebutuhan akan efisiensi rute, serta standar keselamatan internasional menjadi latar belakang penting forum ini.
Avirianto Suratno, Direktur Utama AirNav Indonesia mengatakan, forum ini adalah langkah nyata Indonesia memajukan sistem navigasi penerbangan yang mengandalkan data, teknologi mutakhir, dan kerja sama antarnegara.
“Ketersediaan ruang udara yang aman dan efisien tidak bisa ditunda lagi, apalagi di tengah tren trafik yang terus meningkat. Forum ini menjadi bukti nyata peran Indonesia dalam mendorong navigasi penerbangan berbasis data, teknologi, dan kolaborasi antarnegara di tengah meningkatnya kebutuhan ruang udara yang efisien dan aman,” tambah Avi.
Selama empat hari, peserta workshop akan membahas berbagai aspek penting, antara lain:
- Penilaian kapasitas bandara dan ruang udara secara berbasis data (data-driven airport & airspace capacity assessment);
- Teknik pengelolaan lalu lintas udara berbasis kolaborasi regional melalui Air Traffic Flow Management (ATFM);
- Penyusunan pedoman kapasitas regional sebagai acuan bersama negara-negara Asia Pasifik;
- Pemenuhan target audit keselamatan penerbangan ICAO melalui Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP);
- Harmonisasi teknologi dan prosedur navigasi udara di kawasan dengan mempertimbangkan tantangan geografis dan operasional masing-masing negara.
“Forum ini bertujuan menyamakan pemahaman teknis antarnegara dan memperkuat sinergi dalam menghadapi tantangan kapasitas ruang udara yang semakin kompleks,” imbuh Avi.
Yogyakarta, Simpul Strategis Lalu Lintas Udara
Sebagai lokasi penyelenggara, Yogyakarta bukan hanya simbol budaya, tetapi juga representasi kapasitas layanan navigasi udara Indonesia.
Selama April 2025, Kantor Cabang AirNav Indonesia Yogyakarta mencatat sebanyak 2.524 pergerakan pesawat yang terdiri dari penerbangan domestik, internasional, dan latihan.
Proyeksi internal menunjukkan tren peningkatan yang stabil pada Mei 2025 dengan estimasi mencapai sekitar 2.600 pergerakan, seiring meningkatnya konektivitas menjelang libur panjang.
“AirNav Yogyakarta saat ini melayani berbagai rute domestik utama seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, Banjarmasin, Medan, dan Makassar. Untuk rute internasional, navigasi mendukung layanan penerbangan dari dan ke Kuala Lumpur serta Singapura, hal ini menegaskan peran vital Yogyakarta sebagai simpul konektivitas udara regional,” lanjut Avi.
Dari total trafik di bulan April, 92% merupakan penerbangan domestik, menunjukkan bahwa layanan navigasi berperan penting dalam mendukung mobilitas antardaerah di Indonesia.
Menghadapi periode libur Iduladha yang diprediksi jatuh pada pertengahan Juni 2025, AirNav Indonesia telah menyiapkan langkah-langkah strategis, untuk menjamin kelancaran arus udara nasional. Antara lain:
- Penempatan personel operasional tambahan di titik-titik padat;
- Pemantauan trafik secara real-time melalui sistem terpusat;
- Peningkatan koordinasi dengan maskapai dan otoritas bandara, termasuk skenario kontinjensi untuk mengantisipasi lonjakan trafik.
“Sebagai penyedia layanan navigasi penerbangan, kami berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat dapat melakukan perjalanan udara dengan aman, tepat waktu, dan nyaman, khususnya dalam moment Idul Adha yang krusial,” ujar Avi.
Dengan menyelenggarakan forum kelas dunia serta meningkatkan kesiap siagaan layanan, AirNav Indonesia terus mempertegas eksistensinya sebagai pionir navigasi penerbangan di kawasan Asia Pasifik.
“Dari Yogyakarta, kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya mengikuti, tetapi juga ikut membentuk masa depan navigasi udara regional berbasis teknologi, kerja sama, dan komitmen terhadap keselamatan,” tutup Avirianto Suratno. (Mons)