MEDAN, PILAR MERDEKA – Satu per satu jajanan atau makan ringan cara lama gaya baru, makanan ala dikukus terlihat mulai bermunculan di tengah masyarakat. Para penjual makanan ringan itu, perlahan, sabar dan bertahan, peminat serta penikmat berdatangan. Tak mudah memutar pola pikir orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji beralih ke makanan ringan yang dikukus.
Jenis makanan ringan ala dikukus yang tak sedikit orang mengatakan ala dikukus itu makanan sehat, semakin dicari warga masyarakat. Seperti gerakan kecil, sejumlah pedagang makanan ringan atau jajan ala dikukus, tampak di pinggir-pinggir jalan menawarkan jajanan sehat tersebut.
Pedagang makanan atau jajanan kukusan itu terlihat di pinggir Jalan Kapten Batu Sihombing, Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, tepat di depan rumah warga, pada Minggu (16/11).
Di dalam box sekitar setinggi satu setengah meter itu terdapat panci perebus, kemudian kukusan berisi aneka jajanan, meja kecil, kursi, serta tabung gas. Usaha sederhana ini dimiliki Faisal Adly, seorang alumni Akademi Pariwisata dan Perhotelan Darma Agung Medan sekaligus Atlet Men Fitness Indonesia, Konsultan Alat Fitness dan Sub Nutrition.
Bersama istrinya, Faisal sudah tiga minggu menjajakan makanan yang kini semakin sulit ditemukan di pasaran. Semua disajikan dengan cara dikukus—tanpa minyak—dan sudah berlabel halal.
Aneka pilihan jajanan tersusun rapi di dalam kukusan itu, antara lain: Jagung manis, Ubi Cilembu, Ubi Madu, Ubi Madu, Jepang (Ubi Jalar), Kacang tanah, Ubi Kayu (Singkong), Ubi Talas, Labu Kuning dan Telur rebus
Semua dihargai Rp2.000 per potong, sementara telur rebus Rp3.000 per butir. Setelah pembeli memilih, sang istri Faisal memasukkan jajanan itu ke dalam plastik mika yang bersih dan rapi.
Faisal tidak hanya sekadar berjualan. Ia membawa misi besar. Dengan mata serius namun penuh kepedulian, ia berkata: “Lihat pola hidup sekarang. Mulai dari anak-anak sampai orang tua banyak yang tidak sehat. Terlalu sering makan junk food. Karena itu, kami buat yang cepat saji yang sehat.”
Kata-kata Faisal menyentuh hati, terutama saat melihat kesederhanaan lapak kecilnya yang ia kelola bersama sang istri—sambil tetap membesarkan tiga orang anak.
Selain kukusan, mereka juga menyediakan jus buah murni tanpa campuran apa pun. Pilihannya antara lain jus mangga, naga, kuini, alpukat, dan guava dengan tekstur yang kental dan segar. “Jus yang kita jual ori tanpa campuran dan sudah dikemas dalam botol kecil, harganya perbotol Rp10.000,” ujar Faisal yang menyebut dirinya pernah kerja di Hotel Club Mad Bintan 2011.
Manfaat dari Setiap Bahan Pilihan
Seluruh bahan yang dijual Faisal dipilih karena memiliki manfaat kesehatan yang jelas dan nyata. Berikut manfaat setiap jajanan kukusan yang tersedia:
Ubi Ungu: Menjaga kesehatan jantung, pencernaan, imun tubuh, serta menyehatkan mata berkat antioksidan, serat, vitamin A dan C.
Ubi Madu/Cilembu: Sumber energi, kaya vitamin A, C, kalium, serta rendah kalori sehingga cocok untuk diet.
Ubi Madu Jepang/Ubi Jalar: Tinggi karbohidrat kompleks, serat, beta-karoten, dan mendukung imunitas serta kesehatan mata.
Kacang Tanah: Membantu menurunkan berat badan, menjaga jantung, meningkatkan fungsi otak, dan mengontrol gula darah.
Ubi kayu (Singkong): Sumber energi, meningkatkan imunitas, mendukung pencernaan, serta membantu mengontrol berat badan.
Ubi Talas: Kaya serat, pati resisten, kalium, vitamin C, dan seng—baik untuk pencernaan, gula darah, jantung, serta daya tahan tubuh.
Jagung Manis: Mendukung kesehatan mata, jantung, tulang, dan melawan radikal bebas.
Labu Kuning: Menjaga kesehatan mata, meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, mendukung kesehatan jantung dan nutrisi penting seperti vitamin A, C, antioksidan.
Telur Rebus: Sumber protein tinggi untuk otot, otak, mata, serta membantu pengendalian berat badan.
Harapan Kecil untuk Pola Hidup Baru
Dari sebuah box kecil di pinggir jalan, Faisal tidak sekadar mencari nafkah. Ia membawa pesan kuat, hidup sehat harus dimulai dari hal sederhana. Kukusan jajanan itu bukan sekadar makanan, tapi pengingat akan masa kecil, kesederhanaan, dan tubuh yang lebih sehat.
Setiap hari, ia dan istrinya merapikan bahan, menyiapkan kukusan, dan menyajikan makanan dengan senyum. Di balik usaha kecil itu, ada tekad besar dan niat tulus memperbaiki pola makan masyarakat.
Dalam kesibukan warga yang melintas, kehadiran “Makanan Sehat Dikukus Aja” menjadi oase yang mengingatkan bahwa tubuh kita layak mendapatkan yang terbaik—dan itu tidak harus mahal. (Monang Sitohang)
