DELI SERDANG, PILAR MERDEKA – Teknologi Eco Enzim sarat manfaat bagi kehidupan manusia. Dr. Rosukon Poompamvong, seorang peneliti dari Thailand, untuk pertama kali ia mengembangkan Eco Enzim. Dan kini teknologi itu telah menggurita hampir ke seluruh belahan dunia.
Badan Lingkungan Hidup Dunia PBB (UNEP) pun akhirnya memberikan rekomendasi penggunaan teknologi Eco-Enzim dan mengkampanyekan ke seluruh dunia apa dan bagaimana tentang teknologi tersebut.
Lewat Relawan Dunia ECO Enzim (RDEE) Medan-Deli Serdang Region Sumatera Utara pada Selasa (23/9/2025) mengadakan pelatihan pembuatan ECO Enzim yang berlokasi di JS Farm Jalan Mekatani No. 1 Marindal Satu, Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Acara dibuka tentang apa itu ECO Enzim dan manfaatnya bagi kehidupan manusia dan bagaimana teknologi cara pembuatannya yang selanjutnya dilakukan praktek pembuatan.

Para peserta kalangan mahasiswa dari Akademi Kesehatan Deli Husada dan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), para relawan ECO Enzim, perwakilan dari kelompok tani, Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) sebuah organisasi resmi lintas agama di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) dan staf dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang hadir begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut.
“Kami hadir di pelatihan ini sesuai arahan dari Kementerian Agama (Kemenag) dalam hal ini Menteri Agama (Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA) yang mencanangkan program kerja Asta Protas, 8 Program Prioritas yang diantaranya ECO Teologi,” ungkap Nunung.
Sementara Ketua IPARI Kemenag Kota Medan Marasakti Dalimunthe mengatakan: “Karena Kementerian Agama punya program ECO Teologi maka kami dari penyuluh agama ikut ambil bagian juga untuk mensukseskan program tadi yang saat ini sedang kami galakkan di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara adalah program Rawat Bumi atau Cinta Bumi, Zero Waste dan ECO Enzim,”.
Manfaat ECO Enzim

Limbah kulit buah-buahan seperti Jeruk, Nenas, Pisang, Mangga, Buah Naga, Alpukat bila tidak diolah dan dibuang begitu saja akan menghasilkan gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, yang menyumbang kerusakan lapisan Ozon di atmosfer bumi sehingga panas matahari tidak terserap.
Melalui metode pengolahan ECO Enzim limbah kulit buah-buahan tadi ternyata banyak manfaatnya seperti: Menetralkan suhu panas ruangan, mengepel lantai ruangan dan kamar mandi, mengembalikan unsur hara tanah yang hilang sehingga tanah menjadi subur, mencuci peralatan rumah tangga, membunuh bakteri jahat, menghilangkan bau, mencuci sayur dan buah dan meredakan luka.
“Masih banyak lagi turunan produk dari ECO Enzim dengan penambahan jenis bahan tumbuhan dan rempah tertentu sehingga mampu menggantikan jenis insektisida berbahan kimia,” jelas Drh. Djodi Singgih selaku pembina di Relawan Dunia ECO Enzim.
“Saat ini yayasan kami sedang mendaftar ke badan PBB dengan kegiatan yang berbasis lingkungan hidup sehingga kegiatan kami akan lebih luas jangkauannya,” jelasnya lagi.
Untuk pembuatan ECO Enzim lewat bahan limbah buah-buahan kita butuh bahan dengan perbandingan 1:3:10, Molase dari gula aren atas tetes gula tebu 1 Kg : 3 Kg limbah kulit buah : 10 liter air.
“Selanjutnya kita potong kecil-kecil, kalau untuk dalam jumlah besar kita cincang pakai mesin penghancur lalu kita campur di sebuah wadah tong yang tertutup rapat lalu kita aduk merata. Kita tutup selama kurun waktu 3 bulan agar fermentasi bakteri menghasilkan Kualitas yang sempurna yang selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan,” pungkasnya. (BS)