MEDAN, PILAR MERDEKA – Jika melintasi Jalan Bambu, Kelurahan Gaharu, sebelum lampu merah Jalan Sutomo Medan, di sisi kiri terdapat warung yang berada di samping pohon akasia yang rindang. Warung sederhana ini menjadi favorit warga sekitar dan pengunjung Jalan Bambu, dengan aneka bubur tradisional sebagai menu utama.
Warung yang tampilannya begitu sederhana ini memiliki suasana outdoor yang nyaman, dengan atap seng dan penyanggah kayu. Di dalamnya, terdapat dua meja dan kursi kayu lengkap dengan fasilitas seperti gelas, tisu, kecap, saus, dan teko air mineral untuk pengunjung yang ingin menikmati aneka makanannya di tempat.
“Ada bubur sumsum, kacang hijau, sagu, pulut hitam, candil, dan kolak pisang, dengan harga Rp5.000 per porsi untuk setiap jenis bubur. Selain itu, tersedia juga jajanan lain seperti jagung rebus seharga Rp5.000 dan mie sup cincang seharga Rp10.000,” ujar Nurhaidah, pemilik warung, saat ditemui di warungnya pada Sabtu sore (30/8).
Nurhaidah, yang kerap disapa Ibu Nurhaidah, mengatakan bahwa warungnya selalu buka mulai pukul 15.30 WIB. Stok dagangan biasanya habis sekitar Jam 22.00 WIB, tetapi kadang-kadang bisa bertahan hingga pukul 22.00 WIB. “Kami juga menjadi langganan pegawai PJKA dari Lapangan Merdeka yang sering membeli nasi gurih dan lontong di malam hari,” ujarnya.

Tapi untuk saat ini, kata Ibu Nurhaidah nasi gurih dan lontong belum lagi saya jual. “Alhamdulillah, warung saya sudah 20 tahun berjualan dan tetap lancar hingga saat ini. Bahkan di bulan puasa, saya juga tetap buka dan menyediakan aneka mie serta urap untuk berbuka puasa,” ungkap Ibu Nurhaidah yang mengenakan hijab berwarna hijau itu.
Tidak lama kemudian, datang lagi dua orang perempuan yang membeli bubur kacang hijau dan kolak pisang. Pembeli terus berdatangan silih berganti, membuat Bu Nurhaidah mondar-mandir melayani para pelanggan. Suasana hangat di warung sederhana ini semakin terasa saat awak media ini menikmati bubur kacang hijau pesanannya.
Otti Batubara, salah satu pelanggan setia, mengatakan bahwa menu favorit di warung ini adalah bubur sagu, candil, dan kolak pisang .
Saat disajikan ke Otti Batubara, tampak bubur candil yang terbuat dari tepung ketan dibentuk bulat-bulat menyerupai biji salak, kemudian tampak dipadukan dengan kuah santan dan gula merah, menciptakan perpaduan rasa yang lezat dan gurih.
“Buburnya enak, saya sudah pesan dua porsi. Pertama saya pesan kolak pisang, kemudian bubur sagu campur dengan bubur candil. Harganya juga relatif murah, hanya Rp5.000,” ujar Otti Batubara.
Bahkan, ujar Otti pernah membeli 5 porsi untuk teman-temannya, dan mereka awalnya bilang, “Kenapa sedikit kali bawanya?” Namun, setelah menyantap dan mengetahui rasa buburnya yang lezat, mereka langsung puas. (Mons)

