MEDAN, PILAR MERDEKA – Medan Business Talk (MBT) berdiri sejak Oktober 2015 sampai sekarang 2024 oleh Willy TM Sihombing, melalui MBT Willy selaku Manager Project telah mengadakan 13 kali even Table Top, yang ke 12 diadakan pada 1 Oktober 2024 di Hotel Grand Mercure, Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1, Kota Medan.
Sedangkan table top ke 13 diadakan 3 Oktober 2024 di Kota Padang, Sumatera Barat. “Jadi dalam satu tahun saya mengadakan table top 2 kali, tapi pada saat Covid 2020 – 2023 itu, saya tidak ada mengadakan table top, karena saat itu dilarang keramaian. Setelah itu dimulai lagi di 2024 di Hotel Grand Mercure, Kota Medan,” ujar Willy Sihombing pemilik Travel Sedona.
Tentunya, jelas Willy tujuan saya mengadakan table top itu, mengharapkan semua para pelaku biro jasa perjalanan pariwisata atau travel-travel dapat saling bekerjasama. Ketika pada saat berbisnis bisa langsung dapat menemukan mitra yang tepat, jadi tujuannya untuk bertemu dengan mitra yang tepat.
Kemudian dilanjut Willy lagi, memang para pelaku travel bisa pergi langsung ke kota atau negara tujuan kemudian mengkemas menjadikan paket wisata yang nanti akan dijual, hanya saja kurang praktis. Tetapi di table top ini justru kita datangkan para pelaku pariwisata dari berbagai negara agar bertemu langsung dengan travel-travel yang ada di Kota Medan.
“Kalau kita yang pergi secara pribadi biayanya kan besar,” tegas Willy.
“Istilahnya inspeksi untuk mengetahui destinasi daerah tersebut sehingga kita sebagai pelaku usaha biro perjalanan pariwisata berani untuk menjual destinasi-destinasi itu ke costumer. Jadi untuk mengetahui destinasi itu maka didatangkan lah mereka, terutama mereka yang menargetkan turis-turis dari Indonesia,” ungkap Willy Sihombing.
Jadi (B2B) Business to Business dengan bertemu antara seller (penjual) dan buyer (pembeli) dapat mengetahui langsung produknya kemudian tahu langsung siapa mitranya, sehingga bisa langsung bertransaksi, ketika sudah ada customer yang cocok, maka kepercayaan antara mitra berbisnis bertambah.
Table Top
Table top adalah forum bisnis yang dirancang untuk mempertemukan antara pelaku industri pariwisata di suatu daerah (domestik) maupun negara yang bertindak sebagai pelaksana (seller) dengan pelaku industri pariwisata yang akan berkunjung ke daerah pelaksana sebagai pembeli (buyer).
“Jadi dalam kegiatan table top ini, bertemunya antara para seller dan buyer. Selama acara berlangsung para buyer diberikan waktu sekitar 7 menit untuk saling berinteraksi ke seluruh stand seller yang tersedia secara bergiliran. Sehingga buyer dapat bertemu dan mendengarkan secara langsung penawaran serta penjelasan produk yang hendak dijual,” ujar Willy.
Nah…di table top ini, kalau bertransaksi langsung itu tidak, tapi disini lebih kepada berpromosi, untuk ke depannya sudah terjadi transaksi karena travel yang di Kota Medan telah ketemu orang yang tepat dari berbagai negara, sehingga permintaan tamu yang sudah ada, bisa langsung dipesan, jadi dia tidak menggunakan perantara kedua, ketiga atau keempat, karena yang datang langsung operatornya, ujar Willy usai table top kepada Pilar Merdeka.com, Selasa (1/10/2024).
“Contohnya kita mau menjual destinasi Amerika, tentu kita kan harus tahu siapa operatornya, destinasinya dan situasi daerah disana. Tapi dengan adanya table top ini mereka bisa datang di acara ini untuk menjelaskan ke para traveler-travel yang di Medan sejelas-jelasnya tentang destinasi yang dipromosikan mereka,” ungkap Willy yang sejak 2006 sudah mendirkan Travel Sedona.
Dampak
Table top ini tentu dampaknya kepada pelaku pariwisata cukup banyak, karena tag line kita “Bertemu dengan Partner yang Tepat” Contoh bisa saja saya menjual destinasi Amerika atau yang lainnya, tapi saya bukan spesialisnya, tapi ketika disini bisa langsung diperhitungkan karena bertemu langsung sama suplier (seller) yang spesialis jadi bisa lebih cepat transaksi.
Kalau proses pelaksanaan table top ini sendiri biasanya kita sudah mengajukan biasanya 3 bulan sebelumnya pada hari H, itu paling cepat, tapi biasanya kita sudah rancang dari 1 tahun, misalnya untuk 2025 sudah dirancang tahun 2024, sudah dikirim dari sekarang ke para seller.
Sehingga para seller yang dihubungi itu bisa menyusun jadwal mana yang mau diikuti, karena acara lain para pelaku pariwisata (seller) di suatu negara tentu banyak. Apalagi dalam setahun mereka pasti punya marketing plannya, jadi mana sebenarnya yang bakal ditargetkan, misalnya tujuannya atau sasaran pasarnya mencari orang-orang Indonesia.
“Acara dibuat di Kota Medan maka buyernya atau travel agennya juga yang di Medan, tapi esok hari 3 Oktober 2024 kita ke Padang maka buyernya juga travel agen di Padang, nanti sellernya ada dari Amerika, Yunani yang punya kantor perwakilan di Malaysia, kalau seller yang datang asli dari Turki juga ada, mereka menargetkan pasar Indonesia karena mereka bisa langsung berbahasa Indonesia,” jelas Willy, alumni dari SMK Pencawan Medan itu.
Tujuan utamanya, tegas Willy adalah bertemu partner atau supplier yang tepat, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mau menjual paket tour ke Malaysia, tapi tidak mengenal mitra yang disana, tidak pernah jumpa, bisa saja hanya mengenal dari sosmed, tetapi itukan kurang aman, jadi ketika bertemu disini kegiatan table top saling kenal, tentu sudah lebih bisa dipercaya. sehingga travel agen bisa berkembang.
“Seperti saya sebagai pemilik PT. Travel Sedona dalam table top ini, ada buka boot posisi saya sebagai seller dan produknya saya jual adalah perjalanan 3 Negara, yaitu Singapore, Malaysia dan Thailand selatan, selama 7 hari dan paket ini sudah sejak 2016 sudah saya jual. Nah itulah yang saya jual ke travel agen, lalu nanti travel agen akan menjual kembali costumernya,” tegas Willy lagi.
Sistemnya sekali keberangkatan 40 orang, jadi customer kita kumpul dulu, dan harganya Rp. 4,9 juta all in. Saat reservasi harus bayar dp Rp. 1 juta, sisanya bisa dicicil. Karena orang Indonesia jarang berwisata, dengan cara seperti ini dapat mengedukasi, bagaimana mereka merancang wisata terjadwal. Sehingga berwisata itu tidak tiba-tiba, biaya yang hampir 5 juta bisa dirancang dalam 5 bulan, jadi tidak menggangu keuangan utama.
Tiga Hal
“PT. Travel Sedona didirikan sejak 2006, dengan latarbelakang pendidikan saya adalah lulusan SMK Pencawan Kota Medan, Jurusan Tour and Travel. Setelah tamat saat itu saya mulai bekerja di hotel dan travel. Secara personal diikuti dari pekerjaan lama, ketika itu membantu tamu-tamu yang menginap untuk reservasi hotel dan tiket, ketepatan yang menginap banyak ekspatriat, jadi minta bantu,” jelas Willy mengisahkan awal membuka travel agen dengan tekad.
Lalu, Willy melanjutkan lagi, karena sudah memiliki background di bidang biro perjalanan jadi terbiasa, akhirnya berfikir mencoba untuk memulai, memulai membuka travel secara home base. Apalagi dulu belum ada sosmed, saingan belum banyak yang jualan, hanya travel-travel besar, jadi ketika saya masuk ada space sendiri.
Ada tiga hal yang harus dimiliki ketika hendak membuka biro perjalanan (travel), pertama adalah Berita. Maksudnya disini kita harus rajin atau banyak membaca, karena dibutuhkan pengetahuan umum.
Kedua, Networking. apabila kita sudah terjun, harus memiliki atau membangun networking, kemudian dimana kita dapat networking itu? Di asosiasi-asosiasi pelaku pariwisata, disitu kita bisa mengembangkan diri dan memperkenalkan diri, di satu sisi teman kita adalah kompetitor tapi di sisi lain teman kita adalah network kita.
Ketiga adalah Kreatifitas. Apapun kita kalau tidak kreatif sama aja. Travel itu tidak hanya jual tiket, jadi harus kreatif, mencari informasi, mencari costumer, ikut seminar, ikut table top, nah itu yang mengembangkan kita supaya kreatif, nah ketika kita sudah dapat jangan diletakkan begitu saja, harus dikemas lalu dipelajari.
“Jadi kalau bicara pemula, kita belum dapat apa-apa, tapi sudah harus mengerti sistem menjual kemudian harus mengenal produk-produknya. Seperti tiket, tour, dokumen, transportasi, voucher, itu harus dikuasai. Kadang di travel kita hanya dikasih menangani satu bidang saja, makanya harus rajin membaca, membangun networking dan harus kreatif,” ujar Willy mengakhiri pembicaraannya dan bersiap-siap berangkat ke Kota Padang. (Monang Sitohang)