MEDAN, PILAR MERDEKA – Dearman Damanik (58), seorang pramuwisata kaya pengalaman. Sejak 1990, Ia telah mengabdikan diri dalam dunia industri pariwisata di tanah air, khusus menangani tamu-tamu warga Jerman.
Dearman Damanik berlatar belakang pendidikan Alumni IKIP Medan, jurusan Bahasa Jerman (sekarang dikenal UNIMED). Pendidikan diploma 3 (D3) yang ditekuni selama tiga tahun tersebut, cukup mendukung kemahirannya sebagai seorang guide turis Jerman.
“Sebenarnya profesi saat ini agak melenceng dari disiplin ilmu D3-nya. Seharusnya menjadi guru Bahasa Jerman,”cerita Dearman Damanik sembari canda dan melempar senyum saat santai di Pos Kupi, Jalan Karya Wisata, Medan Johor, Minggu (28/09).
Tamu-tamu yang di handle ada dari Austria, Swiss dan Jerman. Mereka masing-masing ada yang datang sendiri, ada juga bersama-sama pasangannya, mereka semua berbahasa Jerman, tugas kita jemput dari Bandara Kualanamu lalu bawa ke Hotel yang telah di reservasi.

“Seperti hari ini, sudah nyampe 4 orang dari Jerman, kemudian sampai malam 7 orang lagi nyampe jadi ada 11 orang. Besok langsung ke Samosir, Langkat, lanjut ke Pulau Jawa, Lombok dan Bali sampai 15 Oktober perjalanannya,” jelas Dearman Damanik yang sering diundang sebagai narasumber terkait pariwisata di kawasan Danau Toba.
Menurut Dearman, kunci sukses sebagai guide adalah memiliki perilaku baik, komunikasi yang efektif, dan pengetahuan luas tentang daerah yang hendak dikunjungi.
Ia juga menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan pemilik dan pekerja di tempat-tempat yang dikunjungi, seperti hotel, restoran dan lainnya. Dengan pendekatan ini, ia dapat memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para wisatawan.
Dengan pendekatan bersahabat, ujar Dearman bisa merasakan banyak manfaat positif. Saya sangat terharu saat mengunjungi Jogja bersama seorang tamu dan kami disambut ramah di sebuah tempat kuliner.
Saat itu pemilik tempat mengatakan, “Silakan masuk Pak”. Saya jawab, tamunya hanya satu. Si Ibu mengatakan lagi, tidak apa-apa masuk saja. “Mungkin hari ini tamu bapak satu, mungkin minggu depan Bapak akan membawa lebih dari satu tamu.” ujar Dearman Damanik mengenang. Ternyata, prediksi itu tepat, dan minggu depannya saya kembali membawa sekitar delapan orang tamu.
Dearman Damanik, ayah tiga orang anak dari pasangan Boru Marpaung, memiliki dua putri dan satu putra. ‘Anak pertama dan kedua saya adalah perempuan, sedangkan anak ketiga saya adalah laki-laki. Yang paling besar sudah lulus kuliah dan bekerja, sedangkan yang bungsu masih duduk di bangku SMA,’ ungkapnya.

Titik Jenuh
Bekerja memang memiliki fase jenuh, tapi kuncinya adalah bagaimana kita mengelola perasaan itu agar tetap enjoy. Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa mengubah rasa jenuh menjadi pengalaman yang lebih positif.
“Nikmati saja, lae. Jangan terlalu berharap banyak pada keadaan. Saat jenuh datang, kita harus ingat bahwa masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, dan kebutuhan itu tidak bisa ditunda,” ujar Dearman Damanik sembari menyeruput kopi dengan santai.
Menjadi guide memang terlihat menyenangkan dengan banyak perjalanan ke tempat-tempat menarik, tapi di balik itu ada tanggung jawab besar untuk memastikan wisatawan puas dengan pelayanan yang diberikan. “Memang terlihat enak, tapi kita harus memastikan bahwa tamu-tamu baru yang kita kenal merasa puas dengan pelayanan kita,” ungkap Dearman Damanik yang sempat menjadi Wakil Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Sumut.
Sebagai guide, kita pasti pernah menghadapi komplain dari tamu. Jika hanya satu atau dua orang dari sebelas tamu yang komplain, itu masih dianggap wajar. Namun, jika jumlahnya meningkat menjadi empat hingga lima orang, maka kita perlu memperhatikan dan mengevaluasi pelayanan kita untuk memastikan kepuasan tamu.
Dua Kali Tuhan Menyelamatkan

Setiap pekerjaan memiliki risiko, terutama dalam perjalanan. Saya pernah mengalami situasi darurat saat membawa tamu pada 2011. Mereka meminta untuk merasakan ombak tinggi saat berlayar dari Bungus ke Sebirut.
Ketika ombak mencapai 4 meter dan tamu mulai gelisah, saya memberikan dukungan moral untuk tetap tenang, karena saya sudah pernah mengalami situasi serupa sebelumnya.
“Tenang saja, jangan panik. Saya sudah pernah beberapa kali menghadapi situasi seperti ini,” kataku pada tamu sambil memberikan pendekatan persuasif agar mereka tidak panik. Berkat pendekatan itu, badai akhirnya berlalu. Meskipun jujur saja, saya juga merasa takut dan hanya bisa berpasrah kepada Tuhan.
Saat itu, Dearman Damanik mengalami situasi menegangkan saat terbang dari Kualanamu menuju Penang. Pesawat yang ditumpanginya tiba-tiba mengalami turbulensi, menyebabkan penumpang panik dan berdoa. Namun, Damanik tetap tenang dengan mengeluarkan sebatang rokok untuk dipegang, dan bersyukur pesawat stabil kembali tidak lama kemudian.
“Dearman mengakui bahwa menjadi guide itu melelahkan juga, dan ada rasa titik jenuh. Jadi intinya adalah menikmati setiap pekerjaan yang kita lakukan dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Dengan begitu, kita bisa lebih tenang dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya,” ujar Dearman Damanik mengakhiri perbincangan nya. (Monang Sitohang)
