MEDAN, PILAR MERDEKA – Sosok seorang lelaki, tampak masih tegar, kuat dan badan terlihat kokoh di saat berdiri, kesan itu menggambarkan si lelaki gagah di masa muda. Siapa dia, Muhammad Yunus, kelahiran Tapak Tuan, Aceh, 73 tahun silam. Tak banyak orang seumur itu masih gesit dan tak terlihat lelah sehari-hari mencari rezeki untuk urusan sejengkal perut.
Sehari-hari, sejak 2011 hingga sekarang, Pak Usuf sapaan akrabnya, berjualan rokok di luar pagar teralis besi Kantor DPRD Sumatera Utara (DPRD Sumut), Jalan Imam Bonjol, Kota Medan. Sebelumnya, ia berjualan mie ayam.
Awal berjualan mie ayam di tahun ’98, menjualkan mie ayam orang lain, sistemnya bagi hasil. Pemilik mie ayam Rp.400 dan ia Rp.100, saat itu mie ayam Rp.500 per porsi. Tapi dengan kesepakatan, pemilik menyediakan mie ayam komplit bumbu dan sayurannya serta pemilik menyediakan gerobak jualan, sepeda yang dimodifikasi menjadi becak dayung.
Kurang lebih empat bulan kemudian, Pak Usuf mencoba berjualan mie ayam usaha milik sendiri. Beranikan diri pinjam uang, beli sepeda, dan dimodifikasi menjadi standar gerobak jualan. Dan sambil belajar, ia pun sudah bisa meracik bumbu sendiri.
Beberapa tahun setelah berjualan mie ayam bermodal sendiri, Pak Usuf tidak lagi menggoes gerobak sepeda, berganti ke gerobak sepeda motor. Masa-masa masih berjualan mie ayam, lelaki yang berpostur gempal dan tak begitu tinggi, kerap ditemani anaknya bernama Usuf. Dan setelah si anak tak lagi menemaninya berjualan, sebutan Usuf masih terus melekat dibenak kebanyakan orang. Muhammad Yunus nama itu, tapi akrab dipanggil Pak Usuf.
Hampir dua belasan tahun sudah menggeluti jualan mie ayam di seputaran Gedung DPRD Sumut. Pak Usuf melihat ada peluang bagus usaha baru, berjualan kecil-kecilan di lokasi yang sama. Kelihatan pasar berjualan rokok cukup menjanjikan, dan berjualan rokok menjadi pilihan baginya.
Tepatnya, pada 2011, Pak Usuf serahkan jualan mie ayam kepada seorang anak perempuannya, Linda Safitri yang bertepatan tak lama pulang dari menunaikan ibadah haji. Saat ini kebetulan, Pak Usuf tinggal di rumah milik Linda dan suaminya. Jadi, sehari-hari mereka bersama-sama pergi dan pulang, dari Jalan Masjid, Medan Helvetia ke Jalan Imam Bonjol, Medan Petisah dan sebaliknya. Pak Usuf jualan rokok, sedangkan Linda dan suaminya meneruskan berjualan mie ayam.
Aneka rokok terlihat ditata rapi di dalam Tupperware, sedikitnya 50 bungkus rokok. Diantaranya, Marlboro, Esse, Soempurna Mild, Lucky Strike dan Dji Soem Soe. Harga rokok tertinggi per bungkus adalah Marlboro Rp.52 ribu dan Esse Rp.45 ribu. Tetapi Pak Usuf juga melayani pembeli ketengan atau per batang.
Kata ayah 7 anak, empat laki dan tiga perempuan, 14 cucu dan 1 cicit itu, untung berjualan tidak begitu besar. Tapi cukup untuk biaya makan sehari-hari, dan bisa menyisihkan 50 ribu untuk tabungan setiap hari berjualan. Baginya, hasil penjualan rokok tak punya target, ia nikmati saja berapapun hasilnya.
Sejak ditinggal mati sang istri tercinta pada 2006, Pak Usuf tak pernah berniat menikah lagi. Seorang diri dan dibantu anaknya untuk berusaha, ia membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya. Masa itu, anak nomor tiga dan lima, bisa kuliah di ITM dan UMSU. Kini, tujuh anaknya itu telah berumah tangga.
Meskipun umur sudah kepala tujuh, belum terpikir bagi Pak Usuf untuk berhenti berjualan rokok. Hampir empat belas tahun berjalan, lika liku sebagai penjual rokok kaki lima telah dilalui. Debu jalanan, panas terik dan hujan tak dikeluhkan. Mungkin itu bisa menjadi isyarat, bahwa kesehatan Pak Usuf masih terjaga baik, dibandingkan orang-orang seumurnya tak sedikit yang sudah “mempensiunkan” diri untuk mencari uang, apalagi berjualan rokok di pinggiran jalan.
Bahagiakan Diri
Memang tidak mudah membahagiakan diri. Lalu siapa yang membahagiakan diri kalau bukan diri sendiri. Rasa dan perasaan bahagia tiap orang tentulah berbeda, tergantung bagaimana orang itu menyikapinya. Menurut Pak Usuf, kunci sehat adalah “bahagia”. Jadi, bahagiakan dulu diri agar suasana hati dan pikiran tidak dikuasai nafsu. Sebab, dalam kehidupan manusia yang terbesar adalah nafsu.
Bahagiakan diri dengan ikhlas menjalani kehidupan. Syukuri saja walaupun masih serba kekurangan, dan jangan banyak mengeluh sehingga beban pikiran terasa ringan dan hati tenang serta menjalani hidup tidak terpaksa tapi ikhlas karena semua sudah ada yang ngatur.
Semua orang pastilah punya masalah. Pak Usuf mencontohkan anak-anaknya ketika bermasalah dengan suami atau istrinya, ia tidak ikut campur. “Mereka sudah dewasa, biarkan suami-istri yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Saya ikut campur bisa saja tambah rumit, jadi beban pikiran,”cerita Pak Usuf.
Disamping kunci sehat bahagiakan diri, juga rutin berolah raga ringan. Bangun di pagi hari, sebelum mandi, Pak Usuf menggerak-gerakkan badan. Beberapa menit kemudian mandi, dan sholat subuh. Selain itu, ia sering berolah raga di pagi hari sesaat setelah tiba dan sebelum berjualan di depan Gedung DPRD Sumut. Tak jauh dari situ, di Lapangan Benteng, la lari-lari di tempat, berjalan kaki dan terkadang menggunakan fasilitas olah raga yang ada di lapangan tersebut.
Di hari itu, Kamis (09/04), bapak yang mengenakan topi hitam penutup rambut yang sudah memutih, menekankan kiat sehat sebagaimana dirinya, adalah bahagiakan diri, ikhlas menjalani hidup, jangan pernah lupa bersyukur dan menyempatkan diri berolah raga meskipun hanya beberapa menit.
“Hingga sekarang, saya tidak berpantang makanan apapun selagi suka,”tambah Pak Yusuf menyudahi penjelasan kiat sehat ala penjual rokok di depan Gedung DPRD Sumut. (Monang Sitohang)