MEDAN, PILAR MERDEKA – Terpampang kata-kata pada sejenis billboard ukuran mini, kontras berwarna kuning bertuliskan : ‘Sate Sayang Bang Barum’. Kata-kata itu menunjukkan satu brand nama pedagang sate.
Tak jauh dari billboard mini itu, terlihat satu unit steling untuk memajang aneka sate berada di atas trotoar, empat set meja dan sejumlah kursi tertata rapi di dalam satu ruang bangunan permanen. Pedagang sate generasi kedua itu, telah bercokol sejak 1977, berlokasi di seberang SPBU, Jalan HM. Yamin, Kota Medan.
Terkadang, kalau lagi mau atau ingin menikmati sate sesuai selera, tak segampang keinginan calon si penikmat. Memang tak sedikit penjual sate di Kota Medan, baik di pinggiran maupun di tengah Kota Medan, dipastikan ada disana-sini sudut kota.
Namun mencari penjual sate yang menyediakan aneka daging, punya cita rasa bumbu khas yang tak berubah ditelan waktu, dan harga cukup terjangkau alias tidak sampai merogoh kantong terlalu dalam. Bukan satu-satunya tapi salah satu penjual sate kriteria semua kelas ekonomi, pilihannya adalah Sate Sayang Bang Barum.

Hampir 48 tahun berkiprah, Sate Sayang Bang Barum menjadi salah satu dari ratusan destinasi kuliner favorit di Kota Medan, arah Medan Tembung. “Sate Sayang Bang Barum ini sudah berjualan sejak 1977, dulu usaha orang tua dan saya teruskan,”cerita Makwin, Jum’at (16/05).
Kata Makwin, menjajakan berbagai jenis sate berbahan daging seperti sate ayam, sapi, kambing, lidah sapi, dan sate kerang. Tiap jenis sate harga serupa, Rp.20 ribu per porsi. Dan tersedia dua pilihan kuah sate, kuah bumbu kacang dan kuah bumbu tanpa kacang.
Bang Barum adalah orang tua Makwin, dan ia salah seorang anak Bang Barum yang meneruskan usaha orang tua mulai sekitar 1996. Mengenai resep atau racikan bumbu, masih mengikuti “titisan” sang bapak. Rasa bisa tetap sama sebagaimana orang tuanya dulu, tergantung orang yang meracik rempah menjadi bumbu.
Menurut Makwin, dalam sehari, rata-rata sate bisa terjual 50 bungkus. Buka mulai Jam 17.00 WIB dan tutup Jam 00.00 WIB. Tapi terkadang dan bahkan tak jarang, sate sudah habis terjual pada Jam 21.00 atau Jam 22.00 WIB. “Seperti malam ini, Sabtu (17/5) Jam 21.30 sudah hampir habis sate dan lontongnya,” ujar Makwin.

Lanjutnya lagi, Sate Sayang Bang Barum punya dua cabang lain, di Jalan Tempuling dan Jalan Sentosa Lama, masih seputaran Kota Medan. “Yang berjualan adik-adik saya,”jelas Makwin sembari mengatakan Sate Sayang Bang Barum dapat diorder melalui aplikasi online.
Asrul Lubis (63), Warga Medan Tembung adalah seorang pelanggan setia Sate Sayang Bang Barum sejak tahun 90-an. Asrul memuji dari sisi rasa bumbu kuah sate yang khas tak berubah dan lontong sudah terasa pas di lidah.
Jika ingin menikmati sate dengan aneka daging segar, khas rasa kuah bumbu yang sudah teruji selama 48 tahun, cari saja warung Sate Sayang Bang Barum. Mungkin, bisa ketagihan dan mengajak sanak saudara bahkan bercerita kepada teman-teman. (Monang Sitohang)