DELI SERDANG, PILAR MERDEKA – Pakkat merupakan makanan favorit berbuka puasa khas Mandailing Natal (Madina) dari batang rotan. Namun, tidak semua batang rotan bisa digunakan, hanya bagian ujung atau pucuk rotan muda saja yang digunakan sebagai bahan olahan makanan yang satu ini.
Pakkat, merupakan satu diantara banyaknya jenis makanan khas lokal dengan bahan baku di hutan. Dan menurut salah seorang penjual pakkat, Masdia mengatakan untuk mendapatkan batang pucuk rotan muda itu, ia pesan dari Ujung Tanjung, Dumai, Propinsi Riau.
“Jadi saya beli batang rotan muda ini dari Ujung Tanjung, Dumai Bang, ya, lumayan cukup jauh juga, makanya sekali pesan sekitar ribuaan batang dan per batang harganya Rp. 1.800,” ujar Masdia Siregar, Ibu dari tiga orang anak itu di Jl. Letda Sujono, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Selasa (19/4) sekitar Jam 11. 00 Wib.
Saya berjualan pakkat sudah 10 tahun di bulan Ramadhan, tetapi di saat tidak bulan Ramadhan juga tetap berjualan dan itu siktar 6 tahun ini. “Memang kalau omset jauh lebih banyak pada saat bulan suci Ramadhan, apa lagi untuk tahun ini alhamdulillah peminat pembeli pakkat pun terus bertambah, sehingga setiap hari pakkat bisa terjual sekitar 400 batang,” jelas Masdia.
Lanjut Masdia lagi, kalau perporsi (perbungkus) pakkat saya jual, ada yang Rp. 5000 dan Rp. 10.000, bedanya tentu dari ukuran besar kecilnya. itu tidak termasuk dengan harga cabai giling merah yang di dalamnya sudah ada potongan jeruk nipis, kalau itu harga per bungkusnya Rp. 2.500.
“Jadi memang pakkat ini, makanan dengan rasa kelat dan pahit jika dikecap lidah namun mampu menjadi penambah nafsu makan dan biasanya saat dikonsumsi selalu disajikan dengan cabai giling merah ditambah perasaan potongan jeruk nipis jadi tambah segar saat dikonsumsi, makan pun jadi nambah-nambah,” ungkap Ibu asal Padang Sidempuan ini.
Kemudian untuk cara mengelola pakkat, selain dibakar juga bisa direbus, hanya saja kalau direbus rasa pahit dan pekatnya lebih terasa jika dibandingkan dengan dibakar, makanya mungkin lebih banyak orang mengelolanya dengan cara dibakar.
Dan menurut salah seorang wanita asal Medan yang telah beberapa kali mengkonsumsi pakkat mengatakan memang makanan yang satu ini pahit dan kelat, hanya saja cabai giling dengan perasaan jeruk nipis ini menambah segar saat dikonsumsi, sehingga makan pun jadi tambah selera.
Cara Memasak
Sebelum dikonsumsi atau hendak dijual makanan dari pucuk rotan muda ini dikelola atau dimasak terlebih dahulu, caranya terlihat sangat simple alias tidak sulit.
Caranya para pedagang memasaknya di atas tungku, nyalakan terlebih dahulu api dari batok kelapa atau arang kemudian pucuk rotan muda susun di atas tungku yang telah diberi pembatas besi, lalu dibiarkan dan diperhatikan sampai kulitnya berubah menjadi hitam.
“Setelah itu sisihkan, kemudian kulitnya dikelupas ujung rotan muda yang telah dibakar ini, lalu dalam pucuk rotan ini diiris-iris. Dan Dalaman dari pucuk rotan yang dibakar inilah yang menjadi lalapan saat berbuka puasa,” jelas Masdia
Jadi pakkat ini juga tak hanya sebagai lalapan, pakkat juga bisa dimakan dengan, anyang atau bumbu khas mandailing atau juga dengan ikan mas arsik dan ikan jurung santan.
Kalau dulu, ketika ingin merasakan makanan khas Mandailing ini harus pergi ke Kabupaten Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, kini pakkat banyak dijumpai di beberapa lokasi di Kota Medan.
Dan biasanya, para pedagang pakkat akan menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan ataupun pusat keramaian. Seperti di Jalan Aksara, sepanjang Jalan Letda Sujono hingga ke Tembung maka tidak lah sulit untuk menemukan makanan yang unik ini di saat bulan Ramadan di sekitar Kota Medan. (Monang Sitohang)