MEDAN, PILAR MERDEKA – Medan, Ibu Kota Sumatera Utara, tidak hanya dikenal dengan keramahan warganya dan keragaman budaya, tetapi juga dengan kekayaan kulinernya.
Kuliner Medan merupakan hasil akulturasi yang harmonis antara budaya Tionghoa, India, Melayu, dan Batak. Setiap gigitan menghadirkan cerita—tentang sejarah, percampuran cita rasa, dan kehangatan masyarakatnya.
Bagi siapa pun yang pernah berkunjung ke Medan, membawa pulang oleh-oleh khas Medan bukan sekadar membawa makanan, melainkan juga membawa kenangan. Dari kue tradisional hingga inovasi kekinian, semuanya punya daya tarik yang mampu membangkitkan rindu pada kota ini.
Bolu Gulung Meranti
Sejak kemunculannya sekitar tahun 2005, Bolu Meranti langsung mencuri perhatian para pecinta kuliner. Teksturnya yang lembut berpadu dengan isian manis membuat siapa pun jatuh cinta sejak gigitan pertama.
Dengan pilihan rasa seperti keju, abon ayam, cokelat, kacang moka, hingga blueberry, Bolu Meranti menjadi oleh-oleh wajib bagi wisatawan. Gerainya tersebar di beberapa lokasi populer seperti Jalan Kruing Simpang Razak (pusat), Sisingamangaraja, dan Jalan Gagak Hitam. Bagi banyak orang, membawa pulang Bolu Meranti seolah membawa pulang sepotong kehangatan dari Medan.
Bika Ambon
Meski bernama Bika Ambon, sejatinya kue ini lahir dan besar di tanah Medan. Terbuat dari tepung tapioka, santan, telur, gula, dan air nira, aroma khasnya langsung menggoda begitu loyang dibuka.
Bika Ambon dikenal karena teksturnya yang berserat dan lembut, serta rasa manis yang tidak berlebihan. Kini, variasinya pun semakin beragam—mulai dari rasa original, pandan, keju, hingga durian. Salah satu penjual legendarisnya berada di Jalan Majapahit, Medan, yang tak pernah sepi pengunjung, terutama jelang musim liburan.
Lapis Legit
Lapis legit adalah kue khas Medan yang populer dengan warna coklat dan struktur berlapis. Rasa kue ini cenderung manis dan legit, membuatnya disukai banyak orang.
Lapis legit dibuat dari bahan dasar kuning telur, tepung terigu, gula, dan mentega. Kue ini terdiri dari banyak lapisan, umumnya 18 lapisan atau lebih, sehingga sering disebut sebagai kue seribu lapis.
Pancake Durian
Tak lengkap rasanya bicara kuliner Medan tanpa menyebut Pancake Durian. Oleh-oleh kekinian ini menawarkan sensasi lembut kulit tipis berwarna hijau yang membungkus daging durian segar. Pancake Durian dijual dalam boks berisi 5 hingga 8 buah, dan paling nikmat disantap dalam keadaan dingin.
Aroma durian yang kuat berpadu dengan kelembutan kulitnya menciptakan pengalaman rasa yang mewah—sebuah kenikmatan yang sulit dilupakan, bahkan setelah kembali ke kampung halaman.
Ombus-Ombus
Dari tanah Batak, hadir Ombus-Ombus, kue tradisional sederhana yang penuh makna. Bentuknya menyerupai lontong, dibungkus daun pisang, namun dibuat dari tepung beras, kelapa parut, dan gula merah.
Ombus-ombus disajikan panas, sehingga sebelum memakannya, orang harus meniupnya perlahan. Dari sinilah nama ombus-ombus berasal, yang berarti “tiup-tiup” dalam bahasa Batak. Setiap gigitannya lembut dan manis, seolah membawa kehangatan khas kampung halaman.
Kue Bangkit
Berikutnya, Kue Bangkit juga dikenal di Riau hingga Johor, Malaysia. Namun di Medan, kue ini punya tempat istimewa di hati masyarakat. Terbuat dari tepung sagu, santan, telur, dan gula pasir, kue ini dipanggang hingga “bangkit” dua kali lipat dari ukuran adonan aslinya.
Cita rasanya manis dan lumer di mulut, menjadikannya sajian wajib setiap perayaan Idul Fitri. Kue Bangkit bukan sekadar camilan, melainkan simbol kehangatan keluarga dan kebersamaan yang tak lekang oleh waktu.
Maaih banyak lagi oleh-oleh khas Kota Medan, dengan cita rasa yang mengikat kenangan
dari Bika Ambon yang harum, Bolu Meranti dan lapis legit yang lembut, hingga Ombus-Ombus yang hangat dan lainnya. Setiap oleh-oleh khas Medan menyimpan cerita tentang cinta, keluarga, dan tradisi.
Kuliner Medan bukan hanya makanan—ia adalah warisan budaya, pengikat emosi, dan pengingat bahwa kelezatan sejati selalu lahir dari perpaduan yang tulus antara rasa dan makna. (Mons)

 
                                    