MEDAN, PILAR MERDEKA – Gordang Sembilan adalah alat musik tradisional Mandailing, dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Alat musik itu bagian instrumen gendang yang terdiri dari sembilan jenis gendang dengan ukuran berbeda.
Karakteristiknya terbuat dari kulit hewan, biasanya kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan dan ditegangkan pada rangka kayu. Kemudian ukuran gendang bervariasi, mulai dari kecil hingga besar. Agar mengeluarkan bunyi dipukul menggunakan tangan atau tongkat kecil maka menghasilkan suara yang khas dan merdu.
Sedangkan fungsi gordang sambilan untuk mengiringi tarian tradisional seperti tari Tortor,
mengiringi upacara adat dan ritual keagamaan,
sebagai alat komunikasi juga sebagai ekspresi budaya yang mengiringi musik tradisional Mandailing.
Menurut salah seorang pemilik Grup Gordang Sambilan Muara Pardomuan, Ilham Batubara,
pelestarian budaya daerah seperti alat musik tradisional gordang sambilan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi dari pengaruh perubahan zaman.
Kemudian, kata Ilham salah seorang alumni mahasiswa Universitas Harapan Medan itu, menyatakan bahwa dirinya melanjutkan tradisi bermain Gordang Sambilan yang telah dimulai oleh kakeknya. Meskipun ayahnya telah meninggal, Ilham tetap mempertahankan warisan budaya tersebut dengan menggunakan alat-alat musik yang masih terjaga dengan baik.
“Almarhum ayah saya melanjutkan Grup Gordang Sambilan Muara Pardomuan sejak 2004. Saat itu, saya berusia 5 tahun. Setelah ayah meninggal saya melanjutkan grup tersebut sejak 2016. Nama grup tetap sama karena personilnya berasal dari kampung yang sama, seperti Kota Nopan, Pasaman dan lainnya,” ujar Ilham kepada awak media Pilar Merdeka.Com beberapa waktu lalu, di kediamannya, Jalan Benteng Hulu, Medan Tembung.
Lanjut Ilham, grup Muara Pardomuan memiliki 12 personil dan saya belajar bermain alat musik tradisional seperti Gondang Sambilan, Gondang Tua dan Gong secara otodidak dengan memperhatikan ayah sejak kecil. Hanya suling yang belum saya kuasai.
“Masing-masing di grup musik ini memiliki keahlian, misalkan alat musik suling Rahman Nasution. Dan semenjak saya memimpin grup Muara Pardomuan ini pernah disewa sampai ke Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat kemudian sekitaran Kota Medan. Tapi kalau ayah yang memimpin grup waktu itu sudah kemana-mana bahkan sudah keluar negeri,” ungkap Ilham dengan senyum.
Saya anak tunggal bang, kata Ilham, nama almarhum ayah Safaruddin Batubara dan Ibu Boru Lubis, sambil Ilham memperlihatkan alat-alat musik Gordang Sambilan.
Jadi grup Gordang Sambilan ini, jelas Ilham untuk sekali show sekitar 6 juta, itu lengkap sudah sama penari, karena kami ada kerjasama dengan sanggar tari dari grup kita juga. Kemudian batas waktu tampil saat disewakan dari mulai Jam 8.00 sampai Jam 15.00 WIB,
Ilham pun berharap kebudayaan dan tradisi daerah dapat dilestarikan melalui pendidikan. “Pendidikan budaya dan musik tradisional perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, sehingga anak-anak Sumatera Utara dapat mempelajari dan menghargai warisan budaya kita.”
Di akhir bincang-bincang, Ilham pun menjelaskan Gordang Sambilan terdiri dari : Enek enek, Patolu, Padua, Kudong kudong, Jangat, Gong, Talempong, Tali sasayak, Seruling dan Sarune. Kemudian, ia mengatakan, “Jika ingin melihat para personil kami tampil menghibur silahkan lihat di Gordang Sambilan Muara Pardomuan Channel dan silahkan pesan.”
Sekedar info ke 12 personil Gordang Sambilan Muara Pardomuan itu, Rahmat Syarif Nasution, Syahdan Muaarif, Ibnu, Marito Lintang, Erwin Arifin Lubis, Tajuddin, Muhammad Khoiri, Suhdi Batubara, Putra, Mada, Ardiansyah Nasution dan Adi Pulungan.
Seruling
Seruling merupakan satu diantara alat musik pelengkap di group Gordang Sambilan Muara Pardomuan ini. Seruling merupakan alat musik tiup tradisional yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia dan Filipina. Alat musik ini terbuat dari bambu yang memiliki lubang-lubang untuk menghasilkan suara.
Fungsi dari seruling yaitu, mengiringi musik tradisional, mengiringi tarian tradisional, kemudian sebagai alat komunikasi dan sebagai simbol budaya. Sedangkan karakteristik terbuat dari bambu memiliki 4-6 lubang untuk menghasilkan suara dan dimainkan dengan cara ditiup maka akan menghasilkan suara yang merdu dan khas.
Untuk perawatan seruling, bersihkan secara teratur, lalu hindari paparan sinar matahari langsung, dan impan di tempat kering serta periksa jika ada kerusakan.
Menurut salah satu dari 12 personil Gordang Sambilan Muara Pardomuan, Rahmat Syarif Nasution dalam group ini, berperan sebagai pemain seruling. “Teknik meniup seruling yang tepat dapat menghasilkan nada bersih. Dengan latihan, jari-jari dapat dilatih untuk mencari nada yang tepat,” jelas Rahmat.
Kemudian, jelas Rahmat lagi bahwa ia memiliki pengalaman sebagai anggota grup Gordang Sambilan sejak Sekolah Dasar. Selama dua tahun terakhir, saya bergabung dengan grup yang dipimpin oleh Ilham. Sebelumnya, saya bergabung dengan grup musik keluarga, mempelajari berbagai nada dan lagu yang kompatibel dengan instrumen suling.
Ukuran lobang suling berbeda-beda, tergantung nada yang dihasilkan. Contohnya, nada F memerlukan suling dengan ukuran lobang tertentu untuk menghasilkan suara yang tepat. Hal ini mirip dengan prinsip nyanyian, di mana kunci yang salah dapat menghasilkan suara yang tidak harmonis.
“Teknik bermain suling membutuhkan kelancaran dan keseimbangan. Menggerakkan jari-jari dengan lembut dan santai sangat penting untuk menghasilkan suara yang harmonis dan lancar,” ujar Rahmat, sambil mengatakan belajar seruling ia tidak ada melakukan latihan khusus. (Monang Sitohang)