BerandaPendidikanGedung Usang SMKN 11 Medan Butuh Renovasi

Gedung Usang SMKN 11 Medan Butuh Renovasi

MEDAN, PILAR MERDEKA – Gedung Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 11 Medan, terlihat sekilas berdiri kokoh. Namun bila dilihat lebih dekat, tak terpungkiri gedung itu sesungguhnya sudah tampak usang “dimakan” waktu, berdiri sudah lebih dari setengah abad.

Bangunan Gedung SMKN 11 Medan yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No.31 Kelurahan Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan itu, dindingnya sudah mulai lapuk, cat mengelupas dan ruang kelas/lokal kecil-sempit, luasnya kurang lebih 15 meter.

Ketika dikonfirmasi, Kepala SMKN 11 Medan, Marojahan Bakara, S.Pd, M.Si menuturkan, bangunan gedung sekolah tersebut, berdiri sejak 1969. Dahulu, SMKN 11 Medan adalah rumah dinas pegawai, dan kemudian dialihfungsikan menjadi sekolah. “Dulu dikenal Sekolah Musik Medan (SMM),”kata Marojahan Bakara, Senin (23/06).

Terkait bangunan sekolah yang sudah usang, cat terkepulas, dinding lapuk dan kelas sudah kurang ideal untuk ruang belajar, secara singkat ia mengatakan bahwa bangunannya sudah usang/tua dan memang sepatutnya diperbaiki atau direnovasi. “Sekolah negeri ini satu-satunya di Sumatera Utara sekolah kejuruan seni dan musik,”jelas Marojahan.

SMKN
Gedung SMKN 11 Medan. (Foto. dok. Wardiksu)

Jika para siswa-wi jebolan 80-an melihat langsung ruangan guru, mungkin saja terenyuh dan bukan tidak mungkin meneteskan air mata. Terlihat sejumlah bangku berjejer dan meja bersusun agak rapat, terkesan dipaksakan karena ruangannya terbilang sudah tak memadai. Mirisnya lagi, jarak antara plafon dengan lantai, diperkirakan kurang dari lima meter, atau situasi dan kondisi ruangan sudah tak layak. Dimana lingkungan sekitar telah berdiri bangunan yang mengikuti perkembangan zamannya.

Sementara bangunan gedung SMKN 11 Medan, bangunan tahun 60-an. Bila sedang berada di ruangan guru sekitar 10-15 menit saja, sudah terasa gerah. Apalagi kalau udara panas sekitar 27-30 derajat celsius, kemungkinannya orang-orang yang berada di ruangan guru bisa mandi keringat. Kelihatannya para guru sudah terbiasa dan mungkin tidak bisa berbuat banyak.

Tak jauh beda dengan ruangan kelas siswa, rata-rata berukuran 3×3 – 3×4 meter. Sedangkan ruangan untuk musik dibagi terpisah. Seperti ruang piano, gitar dan lainnya. Ukuran ruangannya, buat kepala geleng-geleng, hanya cukup untuk satu alat musik, dua siswa dan termasuk tenaga pendidik.

“Mau bagaimana lagi, kami sangat butuh banyak ruangan. Karena masing-masing siswa punya kompetensi keahliannya,” ungkap Marojahan Bakara yang didampingi Wakil Bidang Akademik Raulina Saragih.

Disamping itu, kata Raulina, para siswa juga butuh ruangan kedap suara, sehingga mereka bisa lebih fokus dan konsentrasi belajar tanpa gangguan bisingnya suara musik.

Lanjut Raulina, sekolah juga butuh ruangan pertunjukan. Auditorium yang dimiliki sekolah sekarang ini, membutuhkan renovasi. “Pernah atapnya rubuh di kala anak-anak latihan untuk persiapan pertunjukan,”ungkap Raulina seraya menambahkan bahwa karpet dan dinding berfungsi penting menciptakan ruang kedap suara.

Karpet dapat membantu menyerap suara dan mengurangi gema. Sedangkan dinding bisa dilapisi material penyerap suara untuk meminimalkan transmisi suara. Marojahan juga menyebutkan, auditorium dibangun pada tahun 80-an dengan daya tampung 300 orang untuk suatu pertunjukan. Namun, kondisi auditorium saat ini, kurang layak untuk menyelenggarakan pertunjukan. Dan sudah waktunya renovasi total.

Marojahan berandai-andai, jika auditorium representatif, pihak sekolah bisa mengadakan pertunjukan setiap bulan. Artinya, kata Marojahan, pihak guru sesungguhnya mengharapkan para siswa secara tidak langsung bisa belajar bisnis dengan mengadakan konser atau pertunjukan.

Ia penuh harap kiranya ada perhatian serius dan bantuan pemerintah untuk segera merenovasi sekolah dan menambah fasilitas sesuai kebutuhan serta peruntukan sekolah dalam belajar-mengajar yang saat ini minim fasilitas. Selain itu, juga dibutuhkan beragam peralatan etnis, seperti alat-alat musik tradisional.

“Kalau untuk peralatan musik modern, di sekolah ini sudah lengkap. Tapi untuk musik tradisional, kita gak ada peralatannya. Padahal itu sangat dibutuhkan untuk mengembangkan wawasan siswa di bidang musik. Ya kita harapkan perhatian di bidang pendidikan ini hendaknya merata, sekolah seni musik juga butuh perhatian dan dukungan,” kata Marojahan.

Dia menambahkan, sekolahnya kerap meraih juara setiap kali mengikuti event. Mulai dari juara tari, juara band bahkan dancer. Beberapa yang terdata, SMKN 11 Medan meraih Juara 1 Band Sumatera Utara dan Juara 1 Tari pada Pameran Pendidikan Tinggi Sumatera Utara 2025. Selain itu juga, di tingkat nasional SMKN 11 Medan meraih Juara 1 Dance Competition. Baru-baru ini memborong piala di event Tapanuli Raya Soundfest 2025 dan meraih juara umum.

Beberapa alumni juga berkiprah di dunia tarik suara. Seperti Novia Anjelina Situmeang, alumnus SMKN 11 Medan yang masuk Top 6 Indonesian Idol Tahun 2023 dan Rosalina Samosir kontestan Indonesia Idol Tahun 2023 yang dipuji juri suaranya layak jadi Diva. Karena itu, SMKN 11 Medan butuh dukungan penuh dari pemerintah untuk melahirkan bibit-bibit unggul menuju Generasi Emas 2045.

“Anak-anak kita punya berbagai macam kecerdasan. Bukan cuma pintar di pelajaran, tapi juga bisa di bidang seni. Semua itu harus kita dukung dan mendorong agar anak-anak bebas mengekspresikan diri melalui kegiatan yang dicintainya,” pungkas Marojahan.

Untuk diketahui, SMK Negeri 11 Medan mempunyai 4 Program Pendidikan Menengah Kejuruan yaitu: Seni Musik Klasik, Seni Musik Populer, Seni Tari dan Desain Komunikasi Visual (DKV), terdiri dari desain grafis, fotografi dan videografi. (Mons)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img
- Advertisment -

DAERAH