BerandaEntertainment“Dialog Antigone” Tonggak Baru Teater Yogya

“Dialog Antigone” Tonggak Baru Teater Yogya

PILAR MERDEKA – Sutradara Yudiaryani sedia menancapkan tonggak baru teater Yogya, melalui garapan teranyar “Dialog Antigone”. Naskah klasik berjudul asli “Antigone” karya Jean Anouilh ini digarap dengan konsep teater intermedial.

Pada pertunjukan 21 dan 22 September 2025 di Auditorium WS Rendra, ISI Yogyakarta nanti, Yudi akan mengeksplorasi teknologi ‘mise en scene’.

“Pertunjukan teater intermedial lahir dari sebuah riset terkait hubungan timbal balik teater dengan media lain. Kombinasi dari berbagai media dalam pertunjukan dan budaya digital yang lebih luas. Semoga pertunjukan nanti akan megukuhkan Yogya sebagai barometer teater,” ujar Guru Besar Teater ISI Yogyakarta, itu.

Ia menambahkan, teknologi mise en scène adalah seni penyusunan dan penataan berbagai elemen visual di dalam pertunjukan teater. “Empat dari tujuh prinsip penyetelan mise en scene digunakan untuk Dialog Anrigone ini,” katanya.

Yogya
Foto. Panitia

Mengapa Antigone

Semua bermula dari penelitian tahun 2025 – 2026 terkait pengembangan dan perluasan praktik dramaturgi menjadi praktik dramaturgi intermedial. Basis penelitian pada naskah drama Antigone karya dramawan Perancis Jean Anouilh (1944) yang diterjemahkan secara kontekstual dan intermedial oleh Prof Yudiaryani.

Naskah Antigone bertemakan kisah kepahlawanan Antigone yang diversikan secara konteks oleh Yudiaryani. Penulis Jean Anouilh (1910- 1987) mengembalikan memori jejak kisah Antigone Sophocles (441 BC) yang diklaim menginspirasi perlawanan kaum perempuan dan generasi muda terhadap kekuasaan semena-mena.

Antigone adalah simbolisasi tokoh perlawanan, kesetiaan, kemerdekaan, kepahlawanan.

Adapun perubahan judul naskah dari Antigone menjadi Dialog Antigone karya LTP MAS, merupakan cara memperluas kinerja antardisiplin seni, teater, tari, musik, skene, dan teknologi digital. Semua media mencipta dialog dengan bahasa “tubuh” masing-masing.

Yogya
Foto. Panitia

Empat dari tujuh prinsip penyetelan mise en scene digunakan untuk Dialog Anrigone,: 1. Mise en Scène murni material panggung sebagai bahasa tubuh; 2. Mise en Scène harus menjaga watak pembedanya, sehingga penafsiran penonton terus terjadi; 3. Mise en Scène mengisi kembali ruang kosong yang ditinggalkan teks drama; 4. Mise en Scène membebaskan sutradara memilih apakah akan menggunakan arahan teks drama ataukah tidak.

BACA JUGA  Gandhi Fernando Come Back

Pementasan Dialog Antigone merupakan puncak rangkaian kegiatan Festival Teater Perempuan DIY. Dukungan datang dari Dana Indonesiana, Kementerian Kebudayaan RI, Diktisaintek Berdampak, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. (*)

Google

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img
- Advertisment -

DAERAH