JAKARTA, PILAR MERDEKA – Hari Raya Idul Fitri, disebut Hari Lebaran oleh warga Betawi. Yang jelas, sudah ratusan tahun silam sebutan Hari Lebaran ‘membumi’ di ranah Betawi sebagai istilah untuk sebutan Hari Raya Idul Fitri. Hitungan Kalender Islam, lebaran tahun ini sudah ke 1446 H (1446 Hijriyah) atau 2025 hitungan tahun kalender masehi.
Zaman boleh maju dan berkembang, namun tradisi “rantangan” dan kue-kue ala Betawi tetap dipertahankan atau tak terhentikan oleh kemajuan serta perkembangan zaman. Menurut Maal Indrawan, rantangan itu merupakan aneka makanan yang dikemas dalam paket rantang atau tempat beberapa jenis makanan tradisional bagi warga Betawi tulen.
Aneka makanan tradisional rantangan dibawa ke sanak family yang kekerabatannya masih erat hubungan kekeluargaan satu sama lain, diantaranya daging semur, nasi, sayur kentang santa, ikan asin (gabus kering), tumis toge, langkio dan tumis kentang plus ati.
Banyak faktor penyebab dodol Betawi nyaris tak lagi terlihat. Faktor kemajuan dan perkembangan zaman sangat mempengaruhi mental generasi muda Betawi yang kurang peduli terhadap tradisi-tradisi leluhurnya.
Faktor lain, bahan-bahan membuat dodol membutuhkan biaya yang tak sedikit. Butuh, tepung beras ketan, gula merah, gula pasir/putih dan santan, serta daun pandan sebagai penambah khas aroma. Disamping itu, dodol dimasak diatas tungku menggunakan harus kayu bakar, sementara ketersediaan kayu bakar sudah sangat terbatas. Dan mengolah dodol butuh energi ekstra, karena cukup melelahkan.
Selain itu, kata Maal, tradisi yang sudah memudar dan tak terlihat lagi di tengah-ditengah masyarakat Betawi tulen adalah tradisi Andil Kerbau. Tradisi ini, tradisi membeli seekor kerbau dengan cara arisan yang diikuti 20-25 peserta arisan. Biasanya, arisan dimulai beberapa bulan sebelum Hari Lebaran. Menjelang lebaran, kerbau dipotong dan daging dibagikan kepada peserta arisan sesuai porsi kesepakatan awal. Termasuk jeroan/bagian dalam kerbau akan dibagikan merata.
Dan tak lupa pula Maal berpantun ria di Idul Fitri 1446 Hijriah.
“Mentari terbit di waktu pagi, membangunkan kita berolah raga lari.
Bulan Suci Ramadhan sudah pergi, sucikan diri di saat Fitri.
Jalan-jalan ke Kota Tua, jangan lupa membeli tomat.
Hari ini lebaran tiba, mari makan opor ketupat.” (Roels)