DELI SERDANG, PILAR MERDEKA – Di penghujung September 2025, terjadi gangguan listrik di wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Provinsi NAD). Karena gangguan listrik itu, tampak berdampak terhadap sektor sosial dan ekonomi di tengah masyarakat wilayah tersebut. Setidaknya, bila dicermati dari sisi sosial, maka terjadi dua hal secara pararel, positif dan negatif yang signifikan.
Pertama, gangguan listrik padam, secara tidak langsung memberikan ruang dan kesempatan untuk bisa lebih komunikatif bagi sesama anggota keluarga dan/atau sesama warga tetangga yang selama ini hampir renggang akibat melekatnya penggunaan smartphone dengan berbagai konten favourite masing-masing. Listrik padam tak bisa charge, kegiatan konten smartphone pun terhenti, maka dengan sendirinya terjalin komunikasi face to face.
Kedua, membuktikan bahwa kini kebutuhan listrik bukan saja energi penerangan dalam kehidupan manusia, tetapi sudah merambah sampai ke dalam sendi-sendi kehidupan yang sifatnya menjadi tak terpisahkan dari kebutuhan hidup hampir setiap orang meskipun itu kebutuhan sekunder.
Diantaranya, keperluan peralatan rumah tangga yang membutuhkan energi listrik seperti kulkas, tv, pompa air, blender, oven, juicer, dan charger handphone. Selain keperluan peralatan rumah tangga, energi listrik juga sangat diperlukan untuk peralatan perkantoran, pabrikan dan untuk mendirikan suatu bangunan, terlebih bangunan gedung-gedung pencakar langit dan lain sebagainya.

Dibalik semua energi listrik yang dipergunakan itu, tentu ada sebuah badan usaha yang diserahkan tanggung jawab dan punya andil besar dalam tata kelola listrik negara. Bukan mencari keuntungan semata, lebih dari itu tata kelola energi listrik diutamakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat hingga ke pelosok nusantara dengan maksud pemerataan penggunaan energi listrik dengan tujuan mensejahterakan rakyat.
PT. Perusahaan Listrik Negara (Tbk) satu dari sekian banyaknya BUMN harus berjibaku dari generasi ke generasi mengatasi kurangnya pasokan energi listrik di satu tempat sementara di tempat lain mengalami surplus. Untuk itu dibangun gardu induk dan tower SUTET. Berikut tiang listrik atau jaringan kabel bawah tanah untuk memastikan energi listrik sampai ke konsumen.
Kini setelah beberapa dekade pemerintahan berlalu, PT. PLN kembali dihadapkan pada persoalan bagaimana energi listrik kembali terpenuhi. Pertumbuhan jumlah penduduk pada sebuah kawasan tidak memungkinkan lagi membangun waduk skala besar untuk PLTA. Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri serta perumahan menjadikan PT. PLN mencari peluang sumber daya alam yang mampu menghasilkan energi listrik.
Pada perkembangan selanjutnya muncul PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), PLTP (Pembangkit Listrik Panas bumi), PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) dan berbagai potensi alam yang memungkinkan menjadi energi listrik.
Energi Eco Enzim

Setelah hadirnya PLTBS (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit), PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTBm (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa) untuk energi baru terbarukan ada peluang lagi energi listrik masa depan lewat pengolahan limbah kulit buah-buahan dengan metode Eco Enzim.
Meski dalam tahap penelitian dan percobaan energi listrik Eco Enzim masih rendah tidak menutup kemungkinan di masa depan kita mendapat pasokan listrik dari PLTE (Pembangkit Listrik Tenaga Eco Enzim) yang sinkron dengan PLTA dan sejenisnya.
Bukankah Michael Faraday, Thomas Alva Edison, James Watt serta peneliti lainnya tak kenal lelah melakoni percobaan demi percobaan untuk menghasilkan temuan yang berguna bagi peradaban umat manusia selanjutnya.
Namun hari ini, para relawan Eco Enzim dan ribuan peneliti lainnya terutama Dr. Rosukon Poompanvong seorang peneliti dari Thailand yang untuk pertama kalinya berhasil mengembangkan teknologi Eco Enzim masih menemukan fakta-fakta bahwa energi Eco Enzim untuk listrik masih rendah. Tapi lewat temuan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang diharapkan dapat menghasilkan energi listrik yang handal.
Kita harus optimis bahwa masa depan Energi Listrik Eco Enzim akan dapat dipasok dari pembangkit listrik pedesaan. Pihak PT. PLN (Tbk) tidak harus memasok listrik lagi lewat kabel dengan jarak tempuh yang jauh, hanya untuk menjangkau pemukiman yang penduduknya sedikit.
Begitu banyak keuntungan yang akan diperoleh demi menjangkau kawasan terisolir tanpa menggunakan jaringan kabel diantaranya : biaya rendah dalam pemasangan tiang dan kabel, biaya perawatan rendah bila harus melewati hutan yang rentan pohon tumbang dan biaya rendah akibat tidak mengalami rugi tegangan pada kabel.
Peran Serta Relawan/Volunteers
Beberapa kegiatan tentang manfaat Eco Enzim terus menerus dikampanyekan dan disosialisasikan oleh Relawan Dunia Eco Enzim (RDEE) Medan – Deli Serdang Region Sumatera Utara dengan berbagai pelatihan kepada mahasiswa, kelompok tani dan penyuluh agama dari Kementerian Agama dengan program Asta Protas diantaranya penguatan ekoteologi dengan ruang lingkup cinta bumi, zero waste dan Eco Enzim.
Para peserta pelatihan teknologi Eco-Enzim terlihat begitu antusias mengikuti kegiatan teori dan praktek yang baru-baru ini dilaksanakan pada 23 September 2025 di JS Farm Jalan Mekatani No. 1 Marindal, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.
“Eco Enzim membuka peluang inovasi dengan turunan produknya yang ramah lingkungan. Dengan penambahan bahan tumbuhan dan rempah tertentu, produk ini mampu menjadi alternatif insektisida kimia yang berbahaya,” ungkap Drh. Djodi Singgih, pembina Relawan Dunia ECO Enzim.
“Saat ini, kami sedang mendaftarkan yayasan ke badan PBB (UNEP) untuk memperluas jangkauan kegiatan berbasis lingkungan hidup. Tujuannya agar dampak positif Eco Enzim bisa dirasakan lebih luas lagi,” tambahnya.
Selama ini Eco Enzim masih diproduksi secara terbatas, untuk keperluan pupuk, insektisida, desinfektan kamar mandi dan lantai, deterjen perabotan rumah tangga, obat antiseptik sakit gigi, obat luka dan dapat dipergunakan untuk menetralisir ruangan saat udara panas.
Butuh dukungan dari berbagai pihak agar penelitian berbasis eco enzim yang dapat menghasilkan energi listrik skala besar agar benar-benar berhasil dan bermanfaat.
“Sampah rumah tangga bila kita manfaatkan dengan sistem pengelolaan yang baik akan memberikan nilai tambah bagi semua kalangan, sudut- sudut kota akan bersih dari sampah. Ada yang selama ini luput dari perhatian kita semua, bahwa sampah itu dapat menghasilkan energi dan energi gas yang hilang itulah yang belum kita manfaatkan dengan maksimal” ungkap pak dokter saat wawancara pada awak media ini. (Budi Sudarman)