BerandaEkonomiProfesi Menangkap Kepiting, "Ngeri Tapi Sedap"

Profesi Menangkap Kepiting, “Ngeri Tapi Sedap”

DELI SERDANG, PILAR MERDEKA — Pekerjaan sebagai nelayan pencari kepiting (Custacea Dekapoda) merupakan profesi sarat resiko, penuh kewaspadaan dan jika kurang berpengalaman nyawa bisa melayang. Namun di balik itu, nelayan pencari kepiting berpeluang penghasil cuan yang menggiurkan, harga jual kepiting cukup diperhitungkan.

Seperti halnya yang dilakukan di Amerika Serikat negara bagian Alaska para pencari Kepiting Raja, dihadapkan pada tantangan ombak besar dan cuaca dingin yang sangat ekstrim. Begitu juga bila dilakukan di pesisir pantai saat lautan sedang surut.

Diperlukan stamina tubuh yang kuat untuk dapat mengangkat kaki saat berjalan di lumpur laut yang kedalamannya mencapai setinggi betis.

Pemasangan Bubu yang harus dilakukan dengan cepat bak ombak yang saling berkejaran menuju pantai. Saat menunggu air pasang alat perangkap Bubu sudah harus terpasang yang ditandai dengan tonggak. Sekitar 5-6 jam kemudian Bubu tersebut diambil kembali.

Tingginya kandungan gizi yang terkandung pada kepiting serta sulitnya menangkap kepiting membuat harga kepiting mahal.

Kepiting
Dedi Sinaga saat mengangkat kepiting hasil tangkapan dengan menggunakan bubu. (Foto. Budi Sudarman)

Dedi Sinaga (41) merupakan satu dari sekian banyak nelayan yang berada di Kecamatan Pantai Labu yang bekerja mencari Kepiting. Bermodal 53 Bubu semacam alat perangkap kepiting, Dedi mencari peruntungan rezeki menjalani kehidupan sehari-hari menyusuri pantai saat air laut sedang surut dengan menancapkan Bubu nya di pantai yang berlumpur.

“Untuk umpan saya beli ikan Belitung ½ kg’ menjawab pertanyaan awak media ini, Selasa (12/8/2025) sembari tangannya dengan cekatan memotong dan membelah ikan menjadi beberapa bagian tanpa menoleh karena sudah merasa kesiangan.

“Ada sekitar seratusan Bubu yang saya pasang di dua tempat,” ungkap Dedi lebih lanjut.

Dia menjelaskan, “Tadi saya ikut kerja bongkar muat pakan ayam, jadi agak terlambat.” Ini tidak mengherankan, mengingat kawasan Pantai Labu merupakan sentra penghasil telur ayam dan bebek, ayam pedaging, serta padi. Kecamatan Pantai Labu terletak di Kabupaten Deli Serdang, sekitar 45 km dari pusat Kota Medan ke arah timur.

BACA JUGA  BI Ajak Pelaku UMKM Gunakan Aplikasi SIAPIK untuk Laporan Keuangan

“10 tahun sudah saya jalani cari kepiting ini, kerja yang utama sebagai tenaga bongkar muat. Kalau soal harga kepiting sama agen 35 ribu perkilonya, pas rezeki baik perhari bisa dapat 10 kg kepiting, kadang tak ada dapat sama sekali,” ungkap ayah dari satu orang anak ini.

Dedi menjelaskan bahwa banyak mendapatkan musim kepiting biasanya terjadi antara bulan Juni dan Juli, tetapi sangat bergantung pada kondisi cuaca. Ia menambahkan bahwa meskipun saat pasang besar, pengambilan kepiting bisa terhambat jika air surut pada waktu tertentu.

Dedi adalah salah satu warga Desa Rugemuk, Kecamatan Pantai Labu, yang memanfaatkan sumber daya alam melimpah di pesisir pantai desa tersebut. Seperti umumnya kawasan pesisir pantai di Nusantara, mayoritas warga setempat bermata pencaharian sebagai nelayan. (Budi Sudarman)

Google

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img
- Advertisment -

DAERAH