BerandaNasionalTahun Baru Hijriah, Tak Meriah Tapi Berkah

Tahun Baru Hijriah, Tak Meriah Tapi Berkah

DEPOK, PILAR MERDEKA – Tak jarang sebagian umat muslim bertanya-tanya,”mengapa Tahun Baru Hijriah (1 Muharam, Tahun Baru Islam) dirayakan tak semeriah Tahun Baru Masehi”. Pertanyaan itu merujuk kepada fakta nyata adanya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat di tanah air.

Pada 27 Juni 2025 sama dengan 1 Muharam 1447 Hijriah, momentum Tahun Baru Islam di seluruh dunia. Perayaannya biasa-biasa saja, di sebagian daerah merayakannya masih mengikuti cara-cara tradisi generasi sebelumnya. Seperti pawai obor malam hari menjelang 1 Muharam, pawai berjalan kaki sambil membawa obor mengitari perkampungan. Bedanya kalau di perkotaan, seperti di Jakarta, tradisi pawai di malam 1 Muharam, tak ada membawa obor.

Diantaranya, di Jalan Taruna Raya, sekitar antara Jam 19.30-20.00 hingga 21.00 WIB, terlihat sejumlah anak-anak, remaja dan orang tua berjalan beriring memanjang dua barisan, dua puluh hingga tiga puluhan meter. Tak ada yel yel, tak terdengar suara mercon dan/atau menyalakan kembang api sebagaimana Tahun Baru Masehi.

Para peserta pawai, hanya berjalan memutar di sepanjang Jalan Taruna Raya dan kembali ke asal dari tempat mereka berkumpul. Anak-anak ditemani masing-masing orang tua, berjalan sambil menenteng sejenis kertas karton yang bertuliskan Tahun Barus Isalam, 1 Muharam 1447 H, tulisan dibentuk dari bahan kertas minyak/kasturo. Kegiatan pawai di Tahun Baru Islam itu, mengesankan kesederhanaan. Mungkin sudah tradisi dari generasi-generasi sebelumnya.

Tahun
Berpose sebelum tampil ke pentas. (Foto. Pilar Merdeka)

Tradisi Tahun Baru 1 Januari, cenderung dirayakan secara meriah hampir di seluruh belahan dunia. Di negeri tercinta Indonesia, bukan saja di kota-kota besar, bahkan sampai ke pelosok nusantara tak terlepas dari kemeriahan Tahun Baru 1 Januari-Masehi.

Menjelang dan tepat Jam 00.00 WIB, beragam petasan satu per satu dinyalakan, anak-anak tak ketinggalan dan orang dewasa turut berkumpul memeriahkan. Petasan mulai harga kelas ‘kere’ dua-lima ribuan yang sekedar berbunyi tar ter tor, hingga petasan seharga ratusan ribu yang suaranya mirip bazoka saat diluncurkan ke uadara, pecah terurai berwarna-warni menghiasi angkasa raya bagaikan kembang api yang dinyalakan para bocah belia.

BACA JUGA  Pernak Pernik Pembaca

Disana sini daerah penyangga dan sebagian besar sudut Ibukota Jakarta, terdengar suara terompet saling bersautan yang terkesan sekedar menyemarakkan, baik berjalan kaki maupun berkendaraan roda dua khususnya. Tua muda ambil bagian, dan jalanan tertentu stag, padat merayap seperti kura-kura dan/atau keong sedang berjalan.

Bukan itu saja, di malam pergantian tahun, tradisi atau mungkin sekedar kebiasaan, seperti bakar jagung, panggang ayam dan panggung gembira berlangsung meriah di tengah-tengah kehidupan masyarakat setingkat Rukun Tetangga (RT), kemeriahan layaknya sudah membumi dan membudaya tanpa tercatatkan dalam sejarah.

Tak sedikit orang berkomentar bahwa malam pergantian Tahun Baru Masehi, acara atau kegiatannya menampakkan suatu euporia atau berlebihan, terutama “bakar-bakar uang” satu petasan mencapai di atas dua ratusan ribu. “Menurut saya, itu kemeriahan yang sia-sia, cetus Rahamdani (48) warga Ciaracas, Jakarta Timur.

Tuhan
Pimpinan Madrasah Diniyah Miftahul Hidayah, Ustadz Muhaimin Fadhillah. (Foto. Pilar Merdeka)

Tetapi banyak orang juga mengatakan bahwa ragam acara di malam pergantian tahun tersebut, secara umum masih wajar-wajar saja, apalagi hanya sekali setahun. Dilihat dari sisi sosial dan kemasyarakatan yang majemuk, moment itu positifnya membuktikan kebersamaan tanpa membedakan etnis, suku, budaya, bangsa dan agama, itulah Indonesia.

Asminawar (39), warga Cibubur, Jakarta Timur menuturkan, pastilah berbeda acara atau kegiatan malam pergantian tahun, Tahun Baru Islam dengan Tahun Baru Masehi. Di satu pihak, berkaitan dengan suatu agama dan di pihak lain tak terkait suatu agama tertentu saja, justru menunjukkan warna keberagaman dalam kehidupan manusia di muka bumi. “Ragam macam kegiatan malam tahun baru, tergantung orang merayakannya. Perayaan itu kayaknya sudah tradisi yang ikut-ikutan,”papar Asminawar.

Tahun Baru Hijriah memang sangat berbeda suasananya. Umat Islam merayakan tahun baru, secara sederhana, kalaupun dimeriahkan bukan untuk bersenang-senang berkesan euporia, tapi ada makna yang berharga dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

BACA JUGA  Fase Mina Selesai, Jemaah Bersiap Tawaf Ifadhah

Nilai-nilai berharga itu menjadi tolak ukur umat Islam dalam merayakan Tahun Baru Hijriah, memang sengaja dikemas sesuai kaidah-kaidah Islam Tepatnya, kegiatan itu diselenggarakan di sebuah madrasah, Madrasah Diniyah, Miftahul Hidayah, pimpinan Ustadz Muhaimin Fadhillah, S. Pd.I, berlokasi di RT.006/RW.06, Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok.

Meskipun tanpa hingar bingar suara terompet dan meluncurkan petasan ke udara, acara Tahun Baru Islam juga tampak semarak. Kegiatan dikemas sedemikian rupa yang melibatkan para santri dan warga sekitar. Antara lain, cara do’a bersama, pentas Kreasi Seni Islam-i dan dilanjutkan dengan makan bersama.

Menurut Ustadz Muhaimin Fadhillah atau biasa disapa Ustadz Muhe, memaknai Tahun Baru Hijriah bukan sekedar dilihat dari sisi kemeriahannya. Tapi ada nilai yang lebih indah, yaitu “berkah”. Karena meriah itu hanyalah sekejap yang kebahagiannya cuma selewatan (sekilas) saja.

Maksudnya, kemeriahan sesaat dan kebahagian sekilas di tahun baru itu, ke esokan harinya sudah hilang bersama waktu, dan tinggal lelahnya saja. Tetapi, kalau acara Tahun Baru Hijriah yang diselenggarakan di Madrasah Miftahul Hidayah, bukan sekedar meriah, tapi ada nilai empiris (pengalaman) dalam memori anak-anak santri tentang makna Tahum Baru Islam. “Momentum hijrah (perpindahan) dari kebodohan serta kegelapan menuju cahaya keilmuan, dan kebiadaban menuju ke beradaban, itulah berkahnya,”jelas Ustadz Muhe, Jum’at (27/06).

“Pergi ke laut naik kapal selam, lautnya sangatlah dalam. Selamat merayakan Tahun Baru Islam, semoga berkah takkan pernah padam.” (Fitroh. AM)

Google

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

- Advertisment -

DAERAH